Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pemerintah akhirnya memperbolehkan sekolah dibuka kembali. Aktivitas pembelajaran yang menggunakan model tatap muka akan dimulai paling cepat pada pertengahan Juli 2020. Hal tersebut sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2020–2021. Namun sulit rasanya untuk menyambut optimis atas kebijakan pemerintah membuka sekolah lagi pada pertengahan Juli. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan ketidakjelasan pemerintah menangani wabah corona hingga saat ini. Informasi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebutkan bahwa semakin hari jumlah rakyat yang terpapar virus masih terus bertambah.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, menyebutkan, 85 kota/kabupaten di Indonesia atau hanya 6% saja yang boleh membuka kegiatan belajar dan mengajar di sekolah di tengah pandemi Covid-19 secara tatap muka dengan protokol kesehatan dan syarat yang sangat ketat. Keberadaan satuan pendidikan di zona hijau menjadi syarat pertama dan utama yang wajib dipenuhi satuan pendidikan yang akan membuka kembali sekolah dan melakukan pembelajaran tatap muka.
Topik kembali ke sekolah menjadi hangat diperbincangkan saat ini, dimana setelah aktivitas kegiatan belajar anak-anak di sekolah yang berpindah ke rumah akibat pandemi. Semua pihak penanggung jawab pendidikan baik pemerintah maupun masyarakat menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi di abad ini. Apapun kondisinya hajat untuk membuka kegiatan belajar atau kembali ke sekolah menjadi sesuatu hal yang sangat penting.
Dalam akun Rochmat Wahab menuliskan bahwa untuk merancang kembali ke sekolah pasca Covid-19, Suzanne Grant Lewis, (2020), Direktur International Institute of Educational Planning (IIEP) mengemukakan bahwa ada tiga hal penting yang harus dilakukan dalam waktu dekat oleh pemerintah dan masyarakat sebagai pengelola pendidikan dalam upaya untuk mengantisipasinya.
Pertama, soal pertimbangan waktu untuk membuka kembali sekolah. Sebagai bahan pertimbangan yang prioritas adalah keselamatan semua warga sekolah. Dalam hal ini para orang tua, guru, dan komunitas sekolah paling tidak mempunyai jaminan kepercayaan terhadap sekolah bahwa sistem sekolah dapat melindungi kesehatan baik fisik dan mental para siswa, guru, dan tenaga kependidikan serta personalia pendidikan lainnya. Apakah risiko penyebaran virus dapat diantisipasi dengan tersedianya fasilitas kesehatan yang tersedia untu melayani kasus, bagaimana kesiapan penerapan protokol kesehatan yang dijalankan di sekolah, pengaturan jumlah siswa yang hadir di kelas selama belajar di sekolah dan kesediaan bantuan psikologis. Bila hal-hal di atas diperhatikan secara seksama, maka penentuan kapan waktu yang tepat untuk kembali ke sekolah kiranya dapat direncanakan. Dalam hal ini, tidak semata untuk mengejar program dan jadwal akademik yang telah ditentukan. Namun semua itu dipertimbangkan agar meminimalisir penyebaran virus corona di sekolah.
Yang kedua adalah keadaan atau prakondisi, yakni suatu keadaan yang harus dipenuhi sebelum sekolah dibuka kembali. Sebagai kriteria utama untuk pembukaan kembali belajar di sekolah adalah terkait dengan proteksi fisik para warga sekolah dalam melawan virus corona. Berdasarkan keputusan otoritas adalah daerah yang paling sedikit dipengaruhi oleh penyebaran virus dan yang mempunyai fasilitas kesehatan yang sangat layak untuk untuk tindakan darurat. Kondisi terakhir adalah kapasitas dan kemampuan pemerintah daerah dan institusi dalam mengikuti perubahan yang dikehendaki. Sekolah sudah membuat suatu perencanaan penjadwalan tatap muka dan atau belajar jarak jauh dengan menggunakan infrastruktur yang tersedia.
Dan yang ketiga adalah berkaitan dengan proses. Dalam hal ini bagaimana pemerintah dapat mengorganisasi pembukaan belajar atau sekolah kembali berdasarkan kondisi lapangan. Tantangan pemerintah adalah menentukan strategi dan tindakan yang sesuai dengan kondisi nasional, pemerintah daerah dan sekolah. Semuanya dikembalikan ke pemerintah, pemerintah daerah dan institusi pendidikan atau sekolah dengan memperhatikan kondisi daerah, letak geografis, serta status sosial dan ekonomi keluarga/masyarakat.
Kita dapat belajar dan melihat dari pengalaman di negara-negara lain, seperti Perancis, Finlandia maupun Korea Selatan. Dari ketiga negara tersebut kita dapat mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga. Mengapa? Contoh dari ketiga negara tersebut bisa dikatakan telah gagal dalam melaksanakan program pembukaan sekolah kembali. Hal ini disebabkan program yang telah dijalani belum menunjukkan hasil yang baik, bahkan sekolah menjadi kluster baru untuk penyebaran virus, akibatnya program tersebut ditutup kembali. Pengalaman yang dilakukan di negara-negara tersebut, paling tidak sebagai warning bahwa sebelum membuat keputusan program kembali ke sekolah, para pihak harus meyakini betul atas kesiapan hal-hal yang terkait dengan akademik maupun yang non akademik, terutama proteksi kesehatan dan keselamatan para warga sekolah.
Untuk menjamin kesuksesan program dibukanya kembali ke sekolah, perlu ada kesamaan persepsi dari semua pihak, serta merupakan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat dan para orangtua. Sehingga semua unsur memiliki ikatan dan rasa tanggung jawab secara bersama. Lebih baik jangan terburu buru untuk membuka kembali sekolah di tengah pandemi bila semua belum aman atau sekedar mengikuti tren dunia, bila nanti akan timbul penyesalan dan hanya menimbulkan dampak negatif.
===
Penulis adalah Dosen STIE Al Washliyah Sibolga-Tapanuli Tengah dan Wakasek Urusan Humas SMA Negeri 1 Matauli Pandan.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]