Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kota Medan dinilai sejumlah pihak identik dengan banjir. Asal hujan turun walau sebentar saja, banjir tak terelakkan du berbagai kawasan. Tidak saja di kawasan pinggiran Medan, banjir juga kerap melanda sejumlah kawasan inti kota dan ruas-ruas jalan protokol. Pemukiman di pinggiran sungai Deli misalnya, bahkan sudah bersahabat dengan banjir.
Penyebab banjir banyak faktor, mulai dari belum seluruhnya infrastruktur pengendalian banjir berfungsi optimal, penyempitan dan pendangkalan sungai hingga banjir kiriman.
Sebagian masyarakat yang kerap membuang sampah sembarangan ke sungai dan drainase, betonisasi penutup drainase dan parit, kurangnya resapan air dan banyak hal lainnya, juga penyebab banjir Medan.
Karena Medan, ibu kota Provinsi Sumatra Utara itu selalu tersandera masalah banjir, membuat Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, turun tangan. Ia memprogramkan Medan Bebas Banjir tahun 2022.
Sejumlah upaya mulai dilakukan tahun 2019 yang lalu. Edy mengajak berbagai pihak terkait berkontribusi mengatasi banjir. Sempat ia canangkan normalisasi sungai Bedera.
Dan banyak hal yang sudah direncakan untuk dikerjakan melalui kelompok kerja yang menangani Medan Bebas Banjir 2022. Namun saat ini karena pandemi covid-19, terpaksa program Medan Bebas Banjir 2022 terhenti dulu.
Soal terhentinya program itu, disampaikan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi. "Agak terhenti dia (program Medan Bebas Banjir 2022)," ujar Edy menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Jenderal Sudirman, Medan, Selasa (23/06/2020).
Mengapa begitu? Menurut mantan Pangkostrad itu, adalah karena fokus penanganan pandemi covid-19, seperti dalam hal refocusing anggaran. Namun sayangnya, Edy tidak membeberkan rencana lebih lanjut soal program ini.
Soal refocusing anggaran untuk penanganan covid-19 di Sumut, ia menyebut besaran yang disiapkan hingga Rp 1,5 triliun, yang terbagi dalam 3 tahap hingga akhir tahun 2020.
Namun begitupun, akan dihitung apa-apa saja kebutuhan yang harus dibiayai dan mengupayakan terlaksananya penghematan atas refocusing Rp 1,5 triliun itu.
"Ini kita berharap kita melakukan penghematan. Dengan menghemat kalau uang itu berlebih dia kembali ke silpa. Untuk itulah kita harus selalu melakukan penghematan," sebutnya.