Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merilis proyeksi angka pertumbuhan ekonomi dunia minus 4,9% di sepanjang tahun 2020. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dirilis pada April yaitu minus 1,9%.
Berdasarkan laporan IMF yang dikutip, Kamis (25/6/2020), pertumbuhan ekonomi negara berkembang akan minus 8,0% sepanjang tahun ini. Sedangkan negara berkembang minus 3,0% di 2020.
"Pandemi COVID-19 memiliki dampak negatif pada aktivitas dari yang diperkirakan di paruh pertama tahun 2020, diproyeksikan pemulihan lebih bertahan dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan tersebut.
Dalam laporan IMF, pertumbuhan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) minus 8,0%, Jerman minus 10,2%, Perancis minus 7,8%, Italia minus 12,5% Spanyol minus 12,8%. Sementara pertumbuhan ekonomi Jepang minus 12,8%, Inggris minus 5,8%, Kanada minus 10,2%, dan negara maju lainnya minus 4,8%.
Sementara untuk negara berkembang secara global diproyeksi minus 3,0%. Sementara secara kawasan, untuk negara berkembang di Asia pertumbuhannya minus 8,0%. Dari angka tersebut, IMF memproyeksikan ekonomi China masih tumbuh positif 1%, sementara India minus 4,5%, dan ASEAN-5 secara keseluruhan minus 2,0%.
ASEAN-5 ini terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Jika dijabarkan satu per satu, IMF memproyeksi ekonomi Indonesia minus 0,3%, sementara Malaysia minus 3,8%, Filipina minus 3,6%, Thailand minus 7,7%.
"Resesi akan lebih dalam pada tahun 2020 dan pemulihan akan lebih lambat pada tahun 2021," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Menurut Dia, IMF juga memproyeksikan angka kerugian akibat COVID-19 secara global, yaitu sekitar US$ 12 triliun hingga 2021. Adapun sekitar 10% dari total kerugian berasal dari kawasan Amerika Latin.
"Ini benar-benar krisis global, hampir 95% negara diproyeksikan menghadapi pertumbuhan pendapatan per kapita negatif pada 2020," ujarnya.
Meski begitu, Kristalina menilai kebijakan moneter dan fiskal di seluruh negara dinilai semakin kuat dan efektif mencegah gelombang kerugian dan angka pengangguran. Secara global, kebijakan fiskal saat ini mencapai US$ 10,7 triliun dan kebijakan moneter mencapai lebih dari US$ 6 triliun.
Untuk tahun 2021, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia berada pada level positif, yaitu sekitar 5,4%. Begitu juga untuk ekonomi negara-negara maju yang berada di level 4,8%, sementara ekonomi negara berkembang di level 5,9%.
Khusus ASEAN-5 atau ekonomi gabungan dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diproyeksikan tumbuh 6,2%.(dtf)