Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pandemi Corona menghantam perekonomian berbagai negara, lini bisnis pun babak belur dibuatnya. Bahkan, perusahaan sekelas Nike, yang merupakan merek top di industri ritel global ikut keok menerima pukulan pandemi ini.
Pabrik sepatu asal Portland Amerika Serikat (AS) itu melaporkan kerugian bersih yang tak terduga pada kuartal pertama 2020.
Melansir CNBC pada Jumat (26/6/2020), Nike mencatat penjualan anjlok sebesar 38% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebut terjadi karena mereka dirugikan oleh gerai resmi yang tutup sementara, baik di AS maupun seluruh dunia karena kekhawatiran Corona. Di sisi lain, pendapatan online ternyata keuntungannya tak seberapa.
Belum lagi persediaan barang Nike menumpuk, hal ini membebani laba mereka. Hal itu juga diperburuk dengan mitra grosir seperti pusat perbelanjaan yang juga belum dibuka secara penuh, mereka hanya menerima lebih sedikit pesanan untuk sepatu dan pakaian.
Nike mencatat pendapatannya turun 38% menjadi US$ 6,31 miliar atau berkisar Rp 88,3 triliun (salam kurs Rp 14 ribu). Sebelumnya mereka memiliki pendapatan sebesar US$ 10,18 miliar alias Rp 142,52 triliun setahun yang lalu.
Sementara itu, saham Nike pun baru-baru ini tercatat merosot hingga 4%. Mereka melaporkan telah mengalami kerugian US$ 790 juta di pasar saham atau sekitar Rp 11,06 triliun. Jumlah itu sekitar US$ 51 sen per saham, selama periode yang berakhir 31 Mei.
Padahal tahun lalu mereka berhasil sukses dengan laba bersih US$ 989 juta atau berkisar Rp 13,84 triliun, atau untung US$ 62 sen per saham.
Secara penjualan, Nike mencatat penurunan di Amerika Utara hingga 46%. Sementara penjualan di China turun hanya 3%, dengan banyak toko Nike di wilayah itu dibuka kembali lebih cepat selama pandemi daripada di AS. Bila dirinci, penjualan sepatu Nike turun 35%, pakaian jadi turun 42%, dan pendapatan peralatan olahraga juga turun 53%.
Pada hari Kamis, Nike sendiri mengatakan sekitar 90% dari toko yang dimilikinya akan kembali dibuka. Khusus di China, hampir semua toko miliknya dibuka kembali, sementara itu 85% toko mulai dibuka lagi di AS.
Kabar baiknya, penjualan digital Nike melonjak 75% dan mewakili sekitar 30% dari total pendapatan sementara.
Sebelumnya, Nike telah menetapkan tujuan untuk mencapai 30% penetrasi pasar digital pada tahun 2023, tetapi rencana itu nampaknya dipercepat karena pandemi. Kini, perusahaan akan menargetkan penjualan e-commerce bisa mencakup 50% dari keseluruhan penjualan.
Meski begitu, nyatanya penjualan online belum begitu menguntungkan. Dalam satu pengiriman dan pengembalian barang masih memberi tekanan lebih besar pada keuntungan perusahaan.(dtf)