Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanbisnisDaily.com-Taput. Monyet, atau sejenis primata (macaca fascicularis) yang merusak tanaman di sejumlah wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara telah merugikan petani dan menyita perhatian publik.
Di sejumlah media sosial seperti di jejaring face book, komentar menuding muncul, masifnya serangan monyet ke lokasi pertanian masyarakat dan sudah mendekati wilayah perdesaan dengan merusak tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, akibat binatang tersebut semakin terdesak dengan terjadinya gangguan ekosistem di hutan.
Anggota DPRD Tapanuli Utara Arifin Rudi Nababan menjawab medanbinisDadily.com siang ini, Jumat (26/6/2020), mengatakan, gangguan ekosistem di hutan Taput, belum sepenuhnya mewakili seluruh kebenaran dengan terjadinya serangan monyet di Garoga dan sejumlah daerah lainya di Taput.
BACA JUGA: Serangan Monyet di Taput Semakin Masif, Pemkab Surati BBKSDA Sumut
"Saya juga pernah ikut turun bersama masyarakat, menunggui di ladang mereka. Kita saja heran, belakangan ini kawanan monyet itu semakin bertambah banyak. Operandi monyet inipun sangat rapi, menyerupai gerak manusia. Pertama-tama hanya dua ekor yang muncul, seperti hendak mengintai situasi kebun. Mungkin setelah dilapor aman, ratusan monyet liar tersebut menyusul dan secara membabibuta merusak dan memakan tanaman jagung dan memakan bunting padi yang akan berbulir," urainya.
Sekarang kondisi di Garoga terang Rudi, hasil pertanian masyarakat anjlok akibat serangan monyet. "Misalnya panen jagung, sebelumnya 1 ton turun menjadi 700 kilogram. Itupun jika dijaga betul-betul oleh pemilik. Luasnya kebun masyarakat juga menyulitkan untuk mengantisipasi serangan monyet ini," katanya.
Serangan monyet di Taput sambung Rudi, tidak sepenuhnya relevan jika dikaitkan dengan terjadinya pengrusakan hutan (ekosistem) diwilayah itu. Meskipun menurut dia, perlu ditelusuri lebih mendalam.
"Karena bisa saja di sebahagian besar wilayah pantai timur Sumut yang berbatasan dengan Garoga, sedang gencarnya perluasan lahan pertanian yang mengkonversi hutan alam menjadi perkebunan," ungkap legislator dari Daerah Pemilihan Sipahutar,Pangaribuan dan Garoga itu.
Lihat saja di wilayah Pagar Sinondi di wilayah Sipoholon yang hutannya, hutan homogen (pinus), disana juga muncul monyet-monyet liar. Ini pertanyaan besar,"katanya.
"Nah, alasan lain yang mungkin masuk akal, sekarang masyarakat di Garoga juga semakin banyak mengkonversi kebun karet mereka menggantikanya dengan tanaman jagung dan sejenisnya. Tentu, saat masih karet monyet itu tidak mengganggu. Tetapi beralih ke jagung, menjadi santapan monyet itu," paparnya lagi.
Sekarang ada upaya masyarakat dengan melakukan hempangan dengan cara tradisionil dengan membuat petasan dan perangkap, tetapi tidak begitu mumpuni. Mungkin anda punya cara lain?
"Yah, saya menyarankan kepada masyarakat untuk menyebarkan biji-biji jambu biji dilokasi hutan.
Setelah itu tumbuh dan berbuah, mungkin monyet itu akan semakin betah di hutan. Faktanya, mereka saat ini sedang kekurangan makanan. Jika dihutan tersedia makanan, paling tidak meminimalkan serangannya ke ladang penduduk," kata politisi PDIP ini.
Terkait Perburuan? "Nah disinilah dilematisnya, jika masyarakat menembak akan menimbulkan kontraversi. Apalagi publik yang mencintai jenis binatang ini, kita akan dibenci. Belum lagi jika dikaitkan dengan UU Nomor 32 Tahun 2019, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup," paparnya.
Ketua Fraksi PDIP DPRD Taput inipun mengharapkan agar Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut segera turun ke lapangan.
"Saya dengar Pemkab Taput sudah menyurati. Mestinya mereka harus segera turun ke sentra-sentra jagung dan tanaman padi. BKSDA bisa mengedukasi masyarakat disana untuk meminimalkan serangan monyet ini,"ketusnya.
Atau mungkin sebut Rudi, bisa saja mereka (BKSDA) masih punya cara lain. "Selain jambu biji, mungkin BKSDA mengetahui jenis pohon lain yang berbuah dan cocok di tanami di hutan. Membuat monyet itu merasa betah sekalilgus untuk menjaga kelestarian lingkungan," tandasnya.