Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com -Serdang Bedagai. Ratusan petani dari Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB) jalan kaki ke Jakarta untuk menemui Presiden Jokowi mengadukan tanah mereka yang dirampas pihak PTPN2 menggunakan aparat kepolisian dan preman. Padahal, tanah mereka masing-masing sudah berstatus sertifikat hal milik (SHM) dari BPN Deli Serdang. Saat melintas di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), para petani yang berasal dari Desa Simalingkar dan Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang tersebut difasilitasi Bupati Sergai Soekirman menginap di rumah dinas, sekaligus dijamu makan malam, Jumat (26/6/2020) malam.
Petani yang berjumlah 170 orang tersebut dikoordinir Aris Wiyono, yang menjadi pembina kedua kelompok tani. Menurut Aris, permasalahan ini telah dialami sejak era orde baru. Dimana masa booming minyak membuat pemerintah orde baru menginvestasikan keuntungan minyak menjadi perkebunan dengan membuka lahan lahan baru maupun lahan rakyat. Inilah menjadi awal dari perampasan tanah rakyat yang dilakukan oknum oknum orde baru dengan memanfaatkan tentara pada zaman itu untuk menjadikan wilayah perkebunan.
"Dengan segala upaya pemerintah orde baru melakukan perampasan atas tanah warga, dengan melakukan stigmatisasi PKI kepada warga yang bertahan dan tidak mau menyerahkan lahannya tanpa ganti rugi," ujar Aris.
Hal senda disampikan peserta aksi yang paling tua, yakni pak Jasa Surbakti (70) dan yang paling muda Dicky (30). Jasa mengaku bahwa dirinya adalah turunan ketiga dari neneknya yang mendiami Kampung Simalingkar sebelum dijadikan perkebunan, "Itu artinya kami telah lama mendiami lahan tersebut. Namun kami selalu dipinggirkan dengan pelabelan PKI," ujarnya geram.
Kata Jasa, pada era reformasi mereka memelakukan reclaiming (pendudukan lahan) yang dikuasai PTPN 2 sekitar 1998. Mereka pun menggarap dan mengolah lahan tersebut denagn ditanami segala jenis tanaman palawija.
"Namun di tahun 2016 tanah itu dirampas kembali oleh PTPN 2, dengan dibantu oleh pihak Brimob dan preman yang melakukan intimidasi. Lahan kami dibuldoser tanpa ada ganti rugi. Hingga saat ini masih ada kawan kami petani yang dipenjara dengan cara dikriminalisasi oleh polisi," paparnya.
Aris Wiyono menyampaikan, pada Jumat siang ketika massa tiba di perbatasan Deli Serdang-Serdang Bedagai, tepatnya di Kecamatan Perbaungan, mereka disambut ramah pihak kepolisian.
"Selanjutnya kami berjalan hingga malam ke Sei Rampah dan disambut oleh salah satu staf Bupati H Soekirman dan diberi tumpangan menginap di rumah dinas bupati. Di gerbang kami diwajibkan memakai protokol kesehatan oleh staf gugus tugas, yakni cuci tangan, pakai masker dan diperiksa suhu tubuh kami," ungkap Aris Wiyono.
Selain itu, lanjut Aris, mereka juga diberikan makan malam, selain tumpangan untuk menginap dan mandi dan beristirahat. Untuk selanjutnya, pagi ini mereka akan melanjutkan perjalanan kaki menuju Tebing Tinggi.
"Kami berterima kasih atas respon yang baik dari pak Bupati H Soekirman. Setelah dilaporkan stafnya langsung membolehkan kami untuk menginap. Semogalah selanjutnya kami juga direspon dengan baik di wilayah lain yang kami lalui menuju ke Jakarta," ungkap Aris Wiyono.