Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Washington DC. Bea cukai Amerika Serikat (AS) menyita produk-produk yang dibuat dari rambut asli manusia yang dikirim dari Cina. Produk-produk itu diyakini dibuat oleh warga minoritas muslim di kamp kerja paksa di Xinjiang, Cina.
Seperti dilansir AFP, Kamis (2/7/2020), produk-produk tersebut merupakan bagian dari pengiriman seberat 13 ton dan bernilai US$ 800 ribu dari Lop County Meixin Hair Product Co. Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) memerintahkan pada 17 Juni bahwa produk-produk dari perusahaan itu ditahan, dengan alasan produk itu dibuat dengan melibatkan tahanan dan pekerja paksa, termasuk anak-anak.
"Produksi barang-barang ini mengarah pada pelanggaran HAM yang sangat serius," sebut Asisten Eksekutif Komisioner untuk Perdagangan pada CBP, Brenda Smith.
"Perintah penahanan dimaksudkan untuk memberi pesan yang jelas dan langsung terhadap seluruh entitas yang ingin melakukan bisnis dengan Amerika Serikat, bahwa praktik-praktik ilegal dan tidak manusiawi tidak akan ditoleransi dalam jaringan suplai AS," tegasnya.
Lop County Meixin Co merupakan eksportir rambut manusia dari Xinjiang yang ketiga yang dimasukkan daftar hitam (blacklist) dalam beberapa pekan terakhir karena menggunakan kerja paksa. Rambut manusia semacam ini biasanya digunakan untuk anyaman atau extension rambut.
Pengumuman ini disampaikan saat Departemen Luar Negeri, Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan dan Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan bisnis-bisnis AS untuk berhati-hati dalam mengimpor barang-barang melalui jaringan suplai yang melibatkan kerja paksa di Xinjiang dan di lokasi manapun di Cina.
Otoritas AS juga memperingatkan perusahaan-perusahaan untuk tidak menyalurkan perlengkapan pengintaian yang digunakan otoritas di Xinjiang, atau membantu pembangunan fasilitas yang digunakan dalam penahanan massal warga muslim dan minoritas di Xinjiang.
"(Pemerintah Cina ) Terus melakukan kampanye penindasan di Xinjiang, menargetkan Uighur, etnis Kazakh, etnis Kyrgyz, dan anggota kelompok minoritas muslim lainnya," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Ditambahkan bahwa bisnis-bisnis yang melibatkan diri dalam hal semacam ini 'harus waspada soal risiko reputasi, risiko ekonomi dan risiko hukum'.(dtc)