Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Serangan hama monyet (macaca fascicularis) di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut yang telah merusak ratusan hektare tanaman milik warga berupa tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan hingga kini belum tertanggulangi. Kerugian yang dialami petani di sejumlah kecamatan pun, terutama di Garoga juga belum dapat diinventarisir pihak pemerintah setempat.
Ketua Fraksi PDIP DPRD Taput Arifin Rudi Nababan, pagi ini, Jumat (3/7/2020) kepada medanbisnisdaily.com mengatakan, agar pihak-pihak terkait segera turun ke Garoga dan kecamatan lainya, melakukan langkah-langkah preventif. "Ini saya ibaratkan sudah seperti pandemi, masyarakat disana sudah resah dengan aksi monyet itu.
Sebab hasil pertanian mereka sudah berkurang drastis. Apalagi saat ini pemerintah sedang menggalakkan ketahanan pangan. Lantas masyarakat menanami jagung, tetapi hasilnya dirampas monyet-monyet itu.Ini seyogianya menjadi perhatian semua pihak, terutama BKSDA Sumut, dan instansi terkait di Pemkab Taput,"tandasnya.
Terpisah, Kepala Seksi Wilayah 4 Tarutung Badan Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut, Manigor Lumbantoruan mengatakan , pihaknya akan segera turun ke Taput. "Tetapi, hari ini kami terlebih dahulu diskusi dengan Pemkab Taput. Tentu, terkait penyelesaian konflik serangan monyet di daerah itu,"terangnya.
Apa kendala sehingga pihak BKSDA Sumut belum turun ke lokasi, terutama Garoga? "Harus kami akui, personel kita di BKSDA sangat terbatas. Jika ingin menelusuri lokasi-lokasi serangan monyet, butuh tenaga tambahan,"ungkapnya.
Kendala lainya? "Kita belum dapat memetakan dimana saja lokasi serangan monyet itu, Termasuk luasan hutan penyangga, yang menjadi habitat monyet disana. Itu menjadi salah satu poim diskusi kita,"ujarnya.
Hutan-hutan penyangga yang diperuntukkan untuk melindungi habitat monyet ekor panjang itu, sebut Manogor harus diketahui terlebih dahulu.
"Masih mencukupi kah luasnya dengan jumlah populasi monyet.Barulah kita tetapkan langkah-langkah lanjutan. Misalnya, meminimalkan monyet itu agar tidak keluar dari hutan dan masuk ke kawasan perladangan penduduk,"tandasnya.
Manigor pun berharap, Pemkab Taput dapat membantu menambah personilnya, untuk mendampingi tim BKSDA bekerja di lapangan.
"Sejumlah data-data pendukung, termasuk apakah penduduk bercocok tanam di kawasan dekat hutan penyangga,"tandasnya.
Dilaporkan, di Kecamatan Garoga saat ini sedang gencarnya beralih dari tanaman keras ke hortikulutura dan perkebunan. Sejumlah lahan yang dulunya kebun karet kini sudah dikonversi menjadi perladangan.
BKSDA Sumut menilai tidak tertutup kemungkinan, kerusakan ekosistem akan berimbas pada kerusakan habitat monyet ekor panjang, membuat mereka keluar untuk mencari pakan ke kebun dan ladang masyarakat yang berada di luar hutan-hutan penyangga.
Kadis Pertanian Taput Sey Pasaribu mengatakan, akibat serangan hama monyet, hingga kini pihaknya belum dapat menginventarisir kerugian yang dialami warga di sejumlah kecamatan.
"Kita masih akan koordinasi dengan BBKSDA Propinsi Sumut. Hari ini, kita masih rapat dengan mereka. Soal kerugian, masih didata dari seluruh kecamatan," ujarnya.