Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tebing Tinggi. Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI melalui Polres Tebing Tinggi menyalurkan bantuan paket sembako kepada 78 orang pekerja yang dirumahkan akibat dampak pandemi covid-19, Jumat (3/6/2020).
Penyerahan bantuan oleh Kapolres Tebing Tinggi diwakili Waka Polres Kompol Sarponi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) RI, Pemprov Sumut dan Polda Sumut tersebut sebagai dukungan untuk pekerja terdampak Covid-19 di Provinsi Sumatra Utara.
Kompol Sarponi didampingi Kabag Ops Kompol Burju Siahaan dan Kasubbag Humas AKP J Nainggolan menjelaskan, sasaran bantuan sosial yaitu pekerja yang terkena PHK dan di rumahkan di seluruh Indonesia. Untuk wilayah hukum Polres Tebing Tinggi yang terdaftar namanya oleh Departemen Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebanyak 78 orang.
Perwakilan yang menerima bantuan sebanyak 32 orang dan diserahkan langsung oleh Wakapolres, Kabag Ops dan Plt Kadis Pora Kota Tebing Tinggi Sugeng Surya Saragih. Sedangkan untuk 46 paket bantuan lainnya diserahkan kepada Bhabinkamtibmas untuk disalurkan kepada 46 orang yang namanya terdaftar agar tepat sasaran, jelas Waka Polres.
"Ini adalah program dari Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif memberikan paket bantuan kepada karyawan yang dirumahkan. Kegiatan ini serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia dan untuk Kota Tebing Tinggi yang terdata 78 orang," jelas Kompol Sarponi.
Sementara Plt Kadis Pora Tebing Tinggi Sugeng Surya Saragih menjelaskan, cara mendata pekerja yang dirumahkan dengan mendatangi para pimpinan perusahaan dari karyawan yang dirumahkan tersebut.
"Dalam menyampaikan laporan ini tidak semua pimpinan perusahaan yang proaktif. Jadi ini adalah data pimpinannya yang proaktif, jadi jika ada rekan sesama pekerja yang tidak mendapat bantuan bukan salah kami karena kami sudah telepon, email dan datangi namun datanya tidak ada," tandas Kadispora Tebingtinggi.
"Mungkin mereka curiga sehingga tidak memberikan data dan kita tidak tau efek apa yang dipikirkannya sehingga enggan memberikan data, maka data 78 orang inilah yang hanya mendapat bantuan," jelas Sugeng.