Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sudah digagas sejak lama dan kemudian diperkuat dengan Instruksi Presiden No 9/2016, hingga saat ini belum menuai hasil. Minat calon siswa masuk ke SMK, sekalipun yang berstatus negeri, masih sangat rendah, khususnya di Sumatra Utara (Sumut).
Ada banyak faktor penyebabnya. Mulai dari pola pikir masyarakat, rendahnya SDM pengajar, fasilitas pendukung yang tidak memadai hingga tidak terjalinnya relasi antar stakeholder. Hasilnya, meski jalur pendidikan spesifikasi (siap bekerja), namun faktanya lulusan SMK banyak yang nganggur dan hal itu juga salah satunya yang membuat SMK tidak masuk pilihan orang tua.
"Mestinya kalau tercipta link and match antara pencari kerja dengan penyedia kerja, kukira minat masyarakat terhadap SMK akan tinggi. Karena memang lulusannya disiapkan untuk bekerja," kata Sekretaris PPDB SMAN/SMKN Dinas Pendidikan Sumut, Saut Aritonang kepada medanbinisdaily.com, Sabtu (4/7/2020) Saut.
Namun untuk ke taraf itu harus ada jaminan kualitas. Dengan demikian perusahaan akan memberikan kesempatan dan kepercayaan.
Saut mengaku, dari delapan syarat yang diperlukan untuk memajukan SMK itu, hampir semuanya belum terpenuhi di Sumut.
"Jadi misalnya, jurusan otomotif. Sekarang ini mobil-mobil keluaran baru terus beredar, tapi bahan praktek SMKN kita masih mobil-mobil yang dulu. Ya tidak nyambung dan tidak bisa mengikuti pasar," terang Saut.
Selain hal bersifat teknis itu, sambung Saut, juga perlu dikaji dari sisi sosial antropologis. Misalnya mengapa masyarakat di satu daerah juga tidak tertarik masuk SMK Perkebunan misalnya, mengingat daerah tempat tinggalnya merupakan areal perkebunan yang luas. Pasalnya potensi alam itu juga bagian dari pertimbangan pemerintah saat akan mendirikan SMKN dan menyediakan jurusan tertentu sesuai dengan potensi daerahnya.
"Jadi memang masih serba kurang kita. Barangkali karena kajiannya sejak awal tidak mendalam dan holistik," kata Saut.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah sejauh ini merencanakan akan memulai ajaran baru 2020 pada 13 Juli mendatang. Namun masih banyak sekolah, khususnya SMKN di berbagai daerah di Sumut jumlah calon siswa barunya hanya 1 orang yang mendaftar (terferivikasi) untuk jurusan tertentu. Hanya sebagian kecil SMKN yang mendapat perhatian masyarakat. Jika sampai kuota itu tidak terpenuhi kemungkinan jurusan tersebut akan ditutup, setelah angkatan sebelumnya tamat.