Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Labusel. Aksi jalan kaki 170 petani dari Desa Simalingkar A dan Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, melanjutkan perjalanan dari Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu menuju Istana Negara, Jakarta, Minggu (5/7/2020) siang. GOR Rantauprapat yang sempat dimanfaatkan mereka untuk tempat istirahat dan menyuci pakaian, terpaksa ditinggalkan peserta aksi pada Sabtu (4/7) malam sekira pukul 22:00 WIB, karena gedung olahraga itu disebut mau dipakai atlet untuk berlatih. Kemudian mereka diberi tumpangan menginap di Deli Hall, Jalan Panah, Rantauprapat.
"Aksi jalan kaki ke istana, hari ini kita lanjutkan, meskipun hari Minggu. Kita tetap kembali berjan kaki walau tadi petani beristirahat jam 3 subuh, dan saat ini kita sudah menuju Kabupaten Labuhanbatu Selatan," sebut koordinator aksi, Aris Wiyono, melalui WhatsApp menjawab wartawan. Minggu (5/7/2020) sore.
Aris Wiyono, menyebut, hari ini perjalanan hari ke-11 petani Simalingkar dan Sei Mencirim menuju Istana Negara Jakarta dan telah menempuh jalan sepanjang 340 kilometer. "Aksi kita terus berlanjut dengan berjalan kaki. Jalan yang kami tempuh sudah sejauh kurang lebih 340 kilometer hingga hari ke-11 ini," sebutnya.
Walau sudah hampir 2 minggu berjalan kaki, namun semangat perjuangan mereka yang bahkan diikuti lansia itu, terus mengalir tanpa surut. Suka duka dalam perjalanan seakan tak mereka hiraukan untuk bisa bertemu Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan penderitaan yang sedang mereka alami, digusur paksa oleh pihak PTPN2 dari lahan dan pemukiman mereka.
BACA JUGA: Ratusan Petani Deli Serdang Aksi Jalan Kaki ke Istana Negara Temui Jokowi Tiba di Rantauprapat
"Sebenarnya konflik ini sudah terjadi sejak tahun 70-an. Penggusuran terakhir terjadi pada Maret tahun 2020. Semua diusir, yang sudah punya sertifikat hak milik (SHM) pun ikut digusur," katanya kepada wartawan.
Menurut Aris, penggusuran paksa itu merupakan tindakan semena-mena yang berdampak luas pada ribuan jiwa penduduk 2 desa tersebut.
"Itulah makanya kami rela berjalan kaki untuk mengadukan nasib kami ke Presiden Jokowi.
Semangat kami terus berlipat ganda, meski terkadang suka duka dan rintangan ada saja. Semua tetap tegar demi masa depan anak cucu. Namun bantuan juga silih berganti," sebutnya.
"Semua tetap tegar dan sepakat 17 Agustus 2020 adalah juga hari kemerdekaan buat seluruh petani yang tertindas dan bebas dari penjajahan PTPN yang merupakan jelmaan penjajah Belanda," ungkap Aris.
Setelah meninggalkan GOR, mereka beristirahat di depan Deli Hotel, kemudian dikasih tumpangan istirahat di Deli Hall Jalan Panah.
"Dari Deli Hall kami berangkat jam 9 pagi. Memeng dikasih tumpangan dari pemilik hanya sampai jam tersebut. Itupun kebetulan jam 2 dini hari kami jalan kaki pas berhenti di depan hall tersebut dan kami berinisiatif untuk izin numpang dan dikasih sampai jam sembilan," sebut Aris.
Setelah melanjutkan perjalan, sekira pukul 13:00 WIB, mereka tiba di kawasan perkebunan Aeknabara dan berteduh di bawah pokok-pokok sawit PTPN3 itu. "Kami terus berjalan kaki, sekaran menuju Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan," sebut Aris pukul 17:05 WIB.
Terkait massa aksi meninggalkan GOR menjelang tengah malam, Plt Kadis Pemuda Olahraga Labuhanbatu, Hobol Zulkifli Rangkuti menyebut, kesepakatan mereka dengan peserta aksi hanya istirahat dan menginap 1 malam.
"Kesepakatan kan cuma istirahat semalam. Ini sudah kita kasih mereka sampai Sabtu malam mulai mereka tiba Jumat malam. Kita melayani mereka dengan baik, kita sediakan karpet dan air 2 mobil tangki untuk mandi dan menyuci. Jadi, Sabtu kemarin kita sarankan mereka melanjutkan perjalanan karena GOR juga mau dipakai para atlet untuk latihan, tapi mereka meninggalkan GOR jam 10 malam," sebut Hobol.