Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Bakal Calon (Balon) Wakil Wali Kota Medan dari Partai Gerindra, Suryani Paskah Naiborhu, meminta agar calon pemimpin Kota Medan jangan melakukan teknik "playing victim" dalam kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Medan.
Hal itu dikatakan satu-satunya Balon Wakil Wali Kota Medan perempuan dari Partai Gerindra, terkait gonjang-ganjing politik Kota Medan di acara pembukaan kembali Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo, pada Hari Minggu (5/7/2020), dimana salah satu Balon Wali Kota Medan disudutkan karena kehadirannya.
Suryani Paskah Naiborhu yang mengusung tagline Medan Menang dan Maju Perempuan Medan ini mengatakan, dalam politik, jelasnya, dikenal dengan istilah playing victim, yakni teknik yang memposisikan seseorang sebagai korban. "Playing victim menempatkan seseorang seolah-olah dalam posisi tersudut, sebagai pihak yang dirugikan atau menjadi korban. Tujuannya adalah untuk menarik simpati masyarakat dan dengan demikian diharapkan masyarakat akan membela dia," ujarnya di Medan, Selasa (7/7/2020).
Suryani Paskah Naiborhu yang merupakan kader Partai Gerindra ini mengatakan, Robert Horwitz dalam tulisannya berjudul Politics as Victimhood, Victimhood as Politics menyebutkan bahwa politik korban digunakan sebagai upaya untuk menarik simpati seolah-olah kubu tersebut menjadi korban kesewenang-wenangan.
Strategi ini menjadi penting sebab ada sisi psikologi dan emosional yang dimainkan oleh seseorang atau kelompok, sehingga masyarakat umum cenderung akan ikut merasakan dan memberikan simpati.
Dalam strategi politik, seolah menjadi korban adalah cara yang halal untuk menaikkan elektabilitas dan juga keterpilihan seseorang saat bertarung dikancah politik yang bersifat periodik. Rasa simpati dan empati dari konstituen akan mengangkat derajat dan martabat seseorang.
Namun sebenarnya, untuk saat ini, teknik tersebut sudah dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Hal ini disebabkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap politik sudah tinggi. Masyarakat justru melihat bahwa hal itu disengaja untuk menarik simpati.
"Strategi semacam itu sudah kuno dan tak ubahnya sebagai wujud kebuntuan gagasan dalam kampanye politik. Masyarakat zaman sekarang sudah relatif sadar bahwa strategi semacam itu tak lebih dari sekadar drama politik dan salah satu cara untuk menggaet simpati," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, gaya politik semacam itu tidak mencerdaskan, karena politik playing victim tidak membangun gagasan yang rasional. Seolah-olah dizolimi padahal membuat-buat persoalan yang sengaja disetting.
"Saya kira rekayasa-rekayasa seperti itu akan cepat ketahuan di zaman serba transparan seperti sekarang. Tingkat rasionalitas orang sudah lebih tinggi, sehingga akan cenderung adu argumentatif," ujarnya.
Oleh karena itu, Suryani Paskah Naiborhu meminta agar calon pemimpin Kota Medan tidak menggunakan teknik playing victim dalam kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Medan. Sebab hal itu tidak mencerdaskan masyarakat dan justru terkesan membodoh-bodohi.