Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan refocusing anggaran tahap II untuk penanganan covid-19 Sumut sebesar Rp 500 miliar. Di antarannya pengalokasian refocusing tahap II itu diperuntukkan bagi warga miskin baru di Sumut dari dampak covid-19.
Merujuk pernyataan Gubernur Edy tersebut, lalu berapa warga miskin baru karena covid-19 di Sumut? Badan Pusat Statistik (BPS) belum menemukan angka itu. Namun BPS memprediksi terjadinya kenaikan angka kemiskinan di Sumut karena pandemi covid-19 itu. Kenaikan dimaksud untuk periode 6 bulan, yakni September 2019 hingga Maret 2020.
Hingga September 2019, angka kemiskinan Sumut sebesar 8,63% atau setara dengan 1,26 juta orang. Jumlah itu berkurang 22.000 jiwa dari Maret 2019.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumut, Taulina Anggarani, mengatakan, pandemi mempengaruhi perubahan tingkat pendapatan dan konsumsi masyarakat.
Sementara berbagai bantuan sosial terkait covid-19 baru dimulai pada April 2020. Berdasarkan hal tersebut, BPS memperkirakan kemiskinan Maret 2020 akan mengalami kenaikan.
"Saat ini BPS masih melakukan penghitungan mengenai kemiskinan untuk Maret 2020," ujar Taulina Anggarani dalam rapat penanganan dampak ekonomi akibat covid-19 di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, fi Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Senin (06/07/2020).
Taulina Anggarani mengatakan para pemegang kebijakan sebaiknya menyalurkan bantuan sosial dengan cepat dan tepat, sehingga angka kemiskinan tidak bertambah banyak.
"Angka kemiskinan akan sangat dipengaruhi oleh besaran, ketepatan dan kecepatan penyaluran bantuan sosial. Jika penyaluran berbagai bantuan sosial berjalan dengan lancar dan tepat sasaran, maka angka kemiskinan September 2020 dimungkinkan untuk menurun kembali dibandingkan dengan kondisi Maret 2020," kata Taulina.
Sebelumnya pada rapat itu, Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah pada rapat itu mengatakan, Pemprov Sumut mengundang dan menerima masukan berbagai pihak untuk metumuskan arah kebijakan untuk stimulus ekonomi di refocusing tahap II.
"Kita belum menyampaikan prioritas apa yang harus jadi fokus stimulus ekonomi. Namun dari gambaran yang kita dapatkan, kita bisa mengembangkan sektor pangan seperti pertanian, peternakan dan perikanan. Jadi ini maunya jadi sektor unggulan ekonomi," kata Wagub.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, mengusulkan agar Pemprov Sumut memperhatikan sektor UMKM. Menurutnya sektor tersebut menyerap kurang lebih 90% tenaga kerja di Sumut.
Dosen Fakultas Ekonomi USU, Wahyu Ario Pratomo, masih optimis dengan pertumbuhan ekonomi di Sumut. Menurutnya dari sisi ekspor, Sumut masih memiliki peluang. Sektor pertanian pun masih berperan penting.
Pengamat Ekonomi, Sirojuzilam Hasyim, mengatakan Sumut memang memiliki peluang yang kuat. Apalagi selama ini pertumbuhan ekonomi Sumut selalu lebih tinggi dari nasional. Sumut memiliki potensi di bidang pertanian. Menurutnya pertanian perlu diberi perhatian khusus.