Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga emas terus mencatatkan kenaikan dan berhasil menembus level US$ 1.800-an/troy ons, tepatnya US$ 1.812,63/troy ons pada perdagangan hari ini. Padahal sebelumnya harga emas masih berkisar US$ 1.760/troy ons. Ditambah dengan rupiah yang belakangan cenderung mengalami pelemahan, membuat harga emas kian tajam kenaikannya jika dikonversi ke dalam mata uang rupiah.
Mengacu kepada kinerja mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang pada hari ini bergerak dikisaran 14.350, maka harga emas murni saat ini dijual dikisaran Rp 838.000/gram.
Menurut pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, memburuknya jumlah pasien corona baik dari luar negeri maupun tanah air, mendongkrak permintaan emas. "Pelaku pasar pada dasarnya akan mencari instrumen safe haven untuk menyelamatkan asetnya dari potensi kerugian seiring dengan masalah pandemi yang memunculkan krisis multi dimensi. Ditambah lagi Bank Sentral AS yang terus akan menggelontorkan stimulus, maka daya tarik dolar AS juga mengalami penurunan," katanya, Kamis (9/7/2020).
Hubungan sejumlah negara terkait dengan laut Cina Selatan juga menjadi kabar yang mendorong pelaku pasar untuk lebih banyak mengoleksi emas ketimbang dolar AS. Namun dari banyak faktor tersebut, kenaikan harga emas belakangan ini banyak didorong oleh buruknya penyebaran corona global.
Gunawan mengatakan, selama corona masih belum bisa dijinakkan maka selama itu pula potensi kenaikan harga emas dunia akan terus terjadi. Emas akan diuntungkan dari ketidakstabilan ekonomi dunia yang bisa dipicu dari banyak faktor. Saat ini masalah ekonomi dipicu oleh persaingan dagang dan geo politik dan covid-19 yang membuat semuanya kian memperburuk keadaan.
Sementara itu, instrumen keuangan seperti pasar saham maupun obligasi belakangan ini juga kurang begitu menjanjikan keuntungan. Meskipn pasar saham pada dasarnya mengalami kenaikan, namun sisi fundamental bursa saham masih belum sepenuhnya kokoh. Masih rawan koreksi dan bisa memicu terjadinya panic selling.
Sementara dari pasar obligasi, tren suku bunga yang turun juga menekan yield dari obligasi tersebut. Jadi imbal hasil yang ditawarakan dari obligasi juga menyusut. "Itu sebabnya emas menjadi intrumen yang paling menarik pada saat ini yang bisa memberikan keuntungan. Begitupun, pelaku pasar harus tetap mewaspadai potensi tekanan harga emas berpeluang terjadi saat perkembangan corona justru menunjukkan progres yang positif," katanya.
Pemiliki Toko Emas Suranta di Pasar Pringggan Medan, Edi Suranta, mengatakan, untuk penjualan emas belum menunjukkan grafik peningkatan. "Apalagi saat harga emas mahal seperti ini, masih sulit. Mungkin untuk investor emas bisa memanfaatkan harga mahal seperti sekarang dengan menjual atau malah membeli karena emas diperkirakan masih akan terus bertahan mahal. Tapi kalau untuk masyarakat umum, sulit untuk membelinya saat ini," katanya.