Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari partai Demokrat, Joe Biden, menjelaskan rencananya untuk pemulihan ekonomi AS. Dia menilai kebijakan yang sudah diambil Presiden Donald Trump terlalu fokus pada pasar saham selama pandemi virus Corona.
Pria yang pernah menjadi wakil presiden ini berbicara di sebuah acara di Pennsylvania. Dia mengatakan ingin mengakhiri era kapitalisme para investor saham.
"Sepanjang krisis ini, Donald Trump hampir secara khusus berfokus pada pasar saham, Dow dan Nasdaq. Bukan kamu. Bukan keluargamu. Jika saya cukup beruntung untuk terpilih sebagai presiden, saya akan berfokus pada keluarga pekerja, keluarga kelas menengah tempat saya berasal dari sini di Scranton. Bukan kelas investor kaya. Mereka tidak membutuhkan saya," kata Biden dilansir dari CNBC, Jumat (10/7/2020).
Biden menjelaskan beberapa kebijakan yang dijanjikan Biden di antaranya kenaikan pajak untuk perusahaan. Dia berencana untuk mengenakan tarif pajak perusahaan 28%. Rencana itu lebih tinggi dari penetapan pajak perusahaan yang dilakukan Trump di 2017 yakni 21%.
Jack Lew, yang menjabat sebagai menteri keuangan ketika Biden menjadi wakil presiden, mengatakan ketika pemerintahan Obama membahas reformasi pajak, tingkat 21% lebih rendah daripada apa yang diminta oleh para pemimpin bisnis dan ekonomi dapat bertahan dari pengenaan pajak yang lebih tinggi.
"Ada banyak ruang dalam kebijakan perpajakan untuk menjadi masuk akal dan adil serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Lew yang juga menjadi pendukung Biden.
Pasar saham AS sendiri sudah turun tajam sejak akhir Februari karena pandemi Corona mulai menyebar di AS dan Eropa, sebelum mencapai titik terendahnya pada 23 Maret.
Sejak itu, S&P 500 telah rally lebih dari 40% dengan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Federal Reserve dan CARES Act, yang memperluas tunjangan pengangguran dan memberikan bantuan fiskal lainnya. Indeks pasar luas pun masih turun lebih dari 2% untuk tahun ini.
Rebound pasar telah terjadi meskipun ada peningkatan dramatis dalam klaim pengangguran yang melihat tingkat pengangguran naik ke level yang tidak terlihat sejak Perang Dunia II. Pengangguran masih di atas 11% pada bulan Juni meskipun mencatat kenaikan pekerjaan, menurut Departemen Tenaga Kerja.(dtf)