Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kabar menakutkan datang dari negara jiran tetangga Indonesia, Singapura. Pertumbuhan ekonomi Singapura terjun bebas dengan minus 41,2% secara kuartalan (kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama tahun 2020). Dikuartal kedua ini ekonomi Singapura terpuruk minus 12,6% secara tahunan (yoy). Singapura menghadapi tekanan dari perdagangannya.
Tapi begitupun, pada sesi pembukaan perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dibuka naik tipis di level 5.067,93. Namun di sesi pembukaan ini, IHSG sempat turun dikisaran level 5.059. Sementara itu, mata uang rupiah masih mampu menguat di level 14.355/dolar Amerika Serikat (AS).
Analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan, terpuruknya ekonomi Singapura memberikan indikasi kemungkinan buruk terhadap perekonomian negara lain termasuk Indonesia. Realisasi pertumbuhan minus di Singapura tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi Indonesia tahun 1997/1998. "Krisis ekonomi di Singapura tersebut menjadi krisis yang paling buruk sejak Singapura merdeka. Perkembangan krisis ekonomi di Singapura ini akan membuat pelaku pasar kembali bersikap waspada," katanya, Selasa (14/7/2020).
Mengingat sebaran covid-19 yang telah meluluhlantakan ekonomi global, diyakini juga akan memukul perekonomian banyak negara tanpa terkecuali Indonesia. Tekanan ekonomi Singapura yang terpukul sangat dalam tersebut menjadi sentimen negatif pasar yang harus diwaspadai. Indonesia memang diperkirakan tidak akan seburuk Singapura, namun jurang resesi saat ini sepertinya sebuah keniscayaan untuk dihindari.
Gunawan mengatakan, sentimen buruk yang melanda pasar keuangan saat ini selain dibayangi oleh resesi di banyak negara, numlah pasien corona yang meningkat 1 juta jiwa dalam satu hari juga menjadi kabar buruk yang bisa membuat tekanan pada pasar keuangan.
"Pasar keuangan kita bisa saja diuntungkan dengan resesi di negara lain. Dengan catatan kita tidak seburuk negara lain dalam realisasi PDB nantinya. Namun, kondisi berbalik bisa saja terjadi seandainya justru kita tidak jauh berbeda dibandingkan dengan negara di barisan realisasi PDB di bawah rata-rata negara lainnya," kata Gunawan.