Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Diprediksi akibat dampak Covid-19, hasil produksi hortikultura terbesar di Sumatra Utara, Kabupaten Karo, mengalami penurunan. Ke khawatiran masyarakat untuk berbelanja sayur-mayur di tengah pandemi corona, diduga sebagai penyebab utama.
“Sejak Covid-19 harga sayur mayur tidak menentu, apalagi dua pekan terakhir ini, agak kacau. Kabar dari pedagang daerah pengorder, transaksi pasar tidak seperti biasa sebelum virus corona merebak”, ujar pedang dikawasan transaksi hortikultura terbesar Kabupaten Karo, Pajak Roga Berastagi, Jhon Veter, kepada medanbisnisdaily.com Selasa (14/7/2020).
Informasi yang diperoleh medanbisnisdaily.com komoditi hortikultura yang mengalami penurunan harga perkilogramnya adalah : tomat, dari harga Rp 7.500 menjadi Rp 6.000 (dalam 1 pekan, minimal Rp 6.000). Kubis /kol Rp 1.000- Rp 1.500 menjadi 800- Rp 1.000 (dalam 2-3 pekan, harga minimal Rp 1.500). Brokoly Rp 800- Rp 1.000 (anjlok dalam 2 pekan, harga minimal Rp 1.500- Rp 1.700).
Kol bunga menurun dari harga 5.500 hingga level Rp 3.500-Rp 3.800 dalam kurun waktu1 pekan (harga minimal Rp 3.000). Bawang prei dari level Rp 35.000 turun dalan jenjang waktu 2-3 pekan ke harga Rp 10.000 (harga minimal Rp 7.000). Wortel dalam dua-tiga pekan berangsur turun dari harga Rp 4.500 mejadi Rp 1.800-Rp2.000 ( harga minimal Rp 2.000).
Harga sayur putih mengalami keanjokan selama tiga pekan belakangan, hanya bertahan di kisaran Rp 500 (harga minimal Rp 1.000). Sementara harga sayur pahit dan buncis lebih menyedihkan selama sebulan belakangan. Sayur pahit hanya bertahan pada level 800-Rp 1.200 (harga normal minimal Rp 1.500).
Buncis hanya bertahan pada level Rp 2.000-2.500 ( harga normal/buncis baby/muda Rp Rp 3.000-Rp3.500). Sementara selada tidak memiliki pasaran dalam kurun waktu sepekan terakhir. Harga selada Rp 2.000/kg dan tidak jarang tak laku terjual (harga normal minimal Rp 5.000).