Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Perekonomian Sumatra Utara (Sumut) ikut terkapar karena pandemi virus corona. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, ekonomi Sumut pada triwulan II-2020 minus 2,37%. Meski masih di bawah nasional yang minus 5,32%, namun realisasi tersebut jauh di atas prediksi sejumlah ekonom yang memperkirakan ekonomi Sumut hanya akan minus sekitar 1,6% hingga 2%.
Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumut, Taulina Anggarani, mengatakan, kontraksi ekonomi Sumut di triwulan II-2020 dipicu oleh lesunya sejumlah lapangan usaha akibat pandemi Covid-19. "Itu terlihat dari pertumbuhan lapangan usaha yang biasanya menjadi penyokong perekonomian Sumut yang minus. Selama triwulan II-2020, pertumbuhan tertinggi justru dicapai lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 5,42%, kemudian administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 0,35% dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,42%," katanya, Rabu (5/8/2020).
Namun, dari ketiga lapangan usaha yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, hanya sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang memiliki share tinggi terhadap perekonomian Sumut yakni 21,37%. Sementara lapangan usaha informasi dan komunikasi hanya 2,31% dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib hanya berkontribusi 4,04%.
Pandemi Covid-19 yang berdampak negatif terhadap industri memang tak pelak membuat lapangan usaha industri pengolahan Sumut yang memiliki share 19,21% terhadap perekonomian Sumut juga tak bisa tumbuh. Pada triwulan II-2020, lapangan usaha ini minus 0,78%. Selain itu, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang memiliki share 19,02% juga minus 3,57%.
Berdasarkan data BPS Sumut, lapangan usaha pertambangan dan penggalian juga minus 3,65%, konstruksi minus 4,97%, transportasi dan pergudangan minus 20,32%, penyediaan akomodasi makan dan minum minus 14,77%, jasa keuangan dan asuransi minus 2,33%, jasa perusahaan minus 7,69%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial minus 3,95%.
Sementara lapangan usaha lainnya yakni pengadaan listrik dan gas tumbuh 1,14%, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang tumbuh 0,15%, real estate tumbuh 0,51% dan jasa pendidikan tumbuh 0,58%.
Taulina mengatakan, ada sejumlah catatan peristiwa pada triwulan II-2020 yang sangat mempengaruhi realisasi pertumbuhan ekonomi. Diantaranya produksi tanaman pangab, hortikultura, perkebunan dan kehutanan melambat. Selain itu, produksi peternakan dan perikanan juga menurun. Catatan lainnya yakni produksi pertambangan, migas, bijih logam dan penggalian menurun. Industri makanan dan minuman juga melambat.
"Industri pengolahan tembakau, karet dan industri Logan dasar juga menurun. Tentu ini sangat berdampak mengingat share-nya cukup tinggi terhadap perekonomian Sumut," katanya.
Selain itu, ada penurunan terhadap realisasi pengadaan semen, perdagangan mobil dan sepeda motor, perdagangan besar dan eceran, penurunan penggunaan transportasi dan pergudagangan, serta penurunan penyediaan akomodasi makan dan minum. Jasa keuangan dan merosotnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) juga ikut berkontribusi terhadap ekonomi Sumut yang minus 2,37% di triwulan II-2020.