Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Akibat pandemi Covid-19, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI terpaksa menunda perhelatan pesta demokrasi Pilkada serentak yang rencana awalnya diselenggarakan 23 September 2020, mundur menjadi tanggal 9 Desember 2020. Untuk Kabupaten Asahan, selain berdampak pada tanggal pelaksanaannya, juga berdampak adanya penambahan TPS. Menurut Komisioner KPUD Asahan, Kelana Muttaqin Simanjuntak dilansir dari Tribun Medan (7/7/2020) bahwa akan ditambah 57 TPS dikarenakan yang awalnya pemilih di setiap TPS berjumlah 800 pemilih, berubah menjadi maksimal 500 pemilih.
Dalam rangka menuju Pilkada Asahan 2020, di jalanan kota, pelosok-pelosok desa, hingga jagat sosial media sejak beberapa bulan terakhir bermunculan nama-nama tokoh dengan foto paling apiknya terpajang secara konfiden aju diri sebagai bakal pemimpin kabupaten yang berdiri 15 Maret 84 tahun silam ini. Nama-nama lama masih nampak mendominasi. Mulai dari baliho sangat besar hingga postingan-postingan di jagat maya. Bukan sekadar menunjukkan gambar, nama, slogan, dan program kerja, upaya untuk memperkenalkan diri tersebut juga dilakukan melalui membentuk komunitas-komunitas baru, misal yang berbasis kepemudaan.
Dalam kontestasi politik, ikhtiar-ikhtiar kreatif untuk meraih simpati masyarakat semua sah-sah saja asal tidak melanggar peraturan. Namun, untuk jadi pemimpin tidak cukup sekadar ikhtiar jual popularitas, meraih simpati untuk menggalang masa sebanyak-sebanyaknya. Tapi, yang sangat penting untuk menjadi pemimpin sesuai yang dikatakan Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7, Dr Mahathir Mohamad “Jika kamu mau menjadi seorang pemimpin, kamu mesti memiliki gagasan/ide. Jika tidak, kamu hanyalah seorang pengikut”.
Penulis merasa bahwa nuansa menjelang pesta demokrasi untuk menentukan arah baru Asahan di periode ke depan masih sangat monoton. Belum ada gagasan segar dari para tokoh yang sudah percaya diri mempromosikan dirinya sebagai bakal pemimpin Asahan. Masih sebatas fokus jual popularitas. Padahal bukan itu esensi utama.
Sangat banyak permasalahan di Asahan yang mesti diatasi dengan ide segar. Masalah narkoba misalnya. Bisa dikatakan nyaris setiap hari kita mendengar berita penangkapan pengguna narkoba ataupun pengedar narkoba di Asahan. Untuk tahun 2019, Sumatra Utara merupakan provinsi dengan penyalahgunaan narkoba tertinggi di Indonesia seperti yang disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Labuhanbatu Utara, AKBP Khairullah dilansir dari medanbisnisdaily.com (1/7/2020). Penulis belum mendapatkan data persis di Kabupaten Asahan, namun dengan berita penyalahgunaan narkoba di Asahan yang begitu sering kita dengar, kondisi ini sangat memprihatinkan. Sayangnya, hingga saat ini, kita belum dengar bakal pemimpin Asahan yang dengan semangat berapi-api berkomitmen kuat didukung dengan ide segar untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di Asahan. Misal dengan gagasan penangan berdasarkan jenjang kelompok umur.
BACA JUGA: Tanpa Sadar Kita Sedang Serentak Uji Coba Metode Belajar Baru
Contohnya untuk usia sekolah dasar fokus pada program penguatan keluarga, usia sekolah menengah pertama fokus pada penguatan mengatasi (coping power), usia sekolah menengah atas fokus pada pelatihan dan pembelajaran remaja untuk menghindari penggunaan obat-obatan terlarang, hingga lanjut ke program jenjang pasca sekolah. Tentunya dibarengi dengan pencegahan pengedaran narkoba dan recovery.
Contoh fokus lainnya yaitu pendidikan. Berdasar data BPS yang dilansir dari Gatra.com (14/6/19), angka partisipasi kasar (APK) di Asahan untuk lulusan SMA sederajat melanjutkan ke perguruan tinggi ternyata masih rendah, tahun 2017 persentasinya hanya 17,37% di bawah target nasional yaitu tahun 2019 diharapkan mencapai 35%. Tentu banyak faktor yang menyebabkan fakta tersebut, yang mesti dikaji penyebab-penyebabnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi lanjut ke perguruan tinggi yaitu perlunya ada universitas negeri di Asahan. Baik itu dengan cara menegerikan perguruan tinggi yang ada, atau secara mandiri maupun bekerja dengan sama pemerintah daerah sekitar mendirikan universitas negeri di Asahan. Karena Asahan berada di lokasi yang strategis. Karena dari Kota Padang Sidimpuan hingga Kota Medan di antaranya belum ada universitas negeri. Ini merupakan potensi besar.
Masih berkaitan dengan pendidikan, mesti ada gagasan memberikan kuota beasiswa besar-besaran untuk anak-anak muda Asahan berpotensi. Ada banyak perusahaan nasional maupun multinasional berada di Asahan. Mereka memanfaatkan potensi sumber daya di Asahan. Sudah waktunya siapa pun yang akan memimpin nanti berani mendesak perusahaan-perusahaan tersebut untuk rutin memberikan beasiswa pendidikan kepada putra daerah sebagai CSR atau kerjasama, baik untuk jenjang sarjana dan pascasarjana. Jika skema tersebut bisa berjalan, rutin setiap tahun akan ada setidaknya ratusan kuota beasiswa pendidikan bagi anak-anak Asahan berpotensi. Membangun jalan dan jembatan penting, tapi membangun kualitas manusia jauh lebih penting.
Dua fokus di atas merupakan contoh sebagian fokus yang mendesak, tentu masih banyak fokus-fokus lain dari sektor lainnya, misal kesehatan, lapangan pekerjaan, hak guna usaha, pertanian, pariwisata, dan lainnya. Sayangnya hingga saat ini kita belum disajikan gagasan-gagasan segar. Masih sebatas jual popularitas dan program kerja yang menurut penulis masih sangat standar.
Jika ingin memajukan Asahan, naikkanlah standar. Jika tidak, potensi Asahan sulit terasah. Mumpung masih ada sekitar empat bulan menjelang pilkada, siapa pun nanti yang akan berangkat menjadi calon, ajaklah masyarakat membangun Asahan dengan gagasan. Kalau niat mengejar amanah murni untuk amal ibadah, insya Allah ketika memimpin berkah dan dipermudah. Tapi kalau ada motif lain, ingatlah hisab setelah tidak ada lagi yang dipimpin.
===
Penulis aktivis pendidikan, kandidat doktor di Akdeniz University, Turki.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]