Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) akan melangsungkan periodesasi lewat Sinode Godang LXH HKBP di bulan Oktober 2020. Sebelum berlangsungnya sinode godang, terlebih dahulu akan dimulai dengan sinode distrik, di bulan Juli-Agustus, di 31 distrik Gereja HKBP seluruh Indonesia. Tuhan akan memanggil, dan mengutus segenap hamba-Nya, melalui perhelatan rapat akbar yang digelar di Kantor Pusat HKBP, Pearaja, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
Rangkaian acara Sinode Godang LXV HKBP, di antaranya mengevaluasi laporan pelayanan Pimpinan HKBP periode 2016-2020, dan puncak acara pemilihan Pimpinan HKBP periode 2020-2024, terdiri ephorus, sekretaris jenderal, kepala departemen diakonia, marturia, koinonia dan praeses.
Misi penginjilan RGM (Rheinische Missions Gesellschaft) dari Jerman tahun 1861 berbuah dengan pesat terhadap bangsa Batak di Indonesia. Kasih Kristus Yesus dengan nyata melawat jemaat HKBP yang saat ini berjumlah sekitar 6,5 juta jemaat di 3.334 gereja, 104 tempat ibadah, dan 189 pos pelayanan di seluruh Indonesia dan luar negeri (Almanak HKBP, 2020). Keberhasilan itu menjadikan HKBP menjadi organisasi keagamaan terbesar ketiga, setelah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Kontribusi HKBP juga semakin nyata, dengan menghasilkan intelektual-intelektual progresif religius dari berbagai sekolah tinggi HKBP, dimulai dari Sekolah Tinggi Theologia HKBP, Sekolah Pendeta HKBP, Sekolah Tinggi Guru Huria, Sekolah Tinggi Bibelvrow, dan Sekolah Tinggi Diakones dan Akademi Keperawatan HKBP. Di bidang kesehatan masyarakat, HKBP juga memiliki Rumah Sakit Umum HKBP Balige dan Rumah Sakit HKBP Nainggolan, dan beberapa pusat pusat klinik.
Dari data sederhana itu, bisa kita saksikan bahwa Gereja HKBP telah melanjutkan missi Kristus dalam wujud pelayanan yang holistik. Melingkupi seluruh aspek kemanusiaan (Luk 4:18, Mat 28:19-20). Tidak hanya menceritakan peran theologis dari perspektif eskatologis, namun juga pelayanan hic et nunc (frasa Latin; disini dan sekarang). Dasar itu, sejatinya dapat menjadi modal bagi kita, untuk mengembangkan pelayanan HKBP, agar dapat menjadi berkat bagi dunia. Go to the next level!
Sebagai calon Praeses HKBP dari distrik VII Samosir untuk sinode godang LXV mendatang, saya berusyukur bisa memiliki kesempatan untuk menggenapi rencana Tuhan dalam mewujudkan pelayanan HKBP yang karikatif dan koordinatif, sembari terus memperhatikan pelayanan dalam konteks makro, messo dan mikro--dunia, nasional dan lokal. Hal itu tentu sangat penting dilakukan untuk menghindari kesan pelayanan gereja yang hanya sekadar rutinitas berbasis seremoni an sich. Bahkan Kristus Yesus Tuhan kita pun tentu tidak hanya melakukan rutinitas seremoni selama 3,5 tahun mengerjakan pelayanan-Nya. Tetapi, seperti yang telah kita singgung sebelumnya, holistik--utuh dan menyeluruh.
Setelah menjadi Pendeta Ressort HKBP 15 tahun, kemudian menjadi Kepala Biro Pengmas HKBP 14 tahun membenahi biro, meletakkan kembali dasar-dasar program dengan baik dan studi manajemen desa di Asian Rural Istitute, Jepang, kemudian studi magister di Institut Fur Diakoniewissenschaft und DiakonieManagement di Jerman, saya kemudian menyadari bahwa sungguh Tuhan memiliki visi besar untuk HKBP menjadi berkat bagi dunia. Dan melalui HKBP, Tuhan tentu bermaksud untuk melawat Indonesia dan dunia. Memberitakan kabar baik, Injil keselamatan bagi segala mahluk (Markus 16:15) dan memulihkan mereka-mereka yang lemah, miskin, menderita dan sengsara.
Dalam konteks makro dan messo, tentu pimpinan Gereja HKBP akan banyak berperan dengan lembaga-lembaga mitra HKBP di dalam negeri dan internasional, seperti WCC, LWF, CCA, UEM, LCA, EZE.dan gereja-gereja tergabung dalam PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), lembaga pemerintah, penegak hukum, NGO dan setiap stake holder yang memiliki visi yang sama dalam rencana Tuhan.
Namun, terlebih dari itu, ada hal lain yang menurut hemat saya perlu mendapatkan perhatian lebih. Khususnya di sektor mikro, yakni parhalado (pelayan gereja; tohonan dan sintua) dan jemaat-jemaat HKBP. Mereka perlu mendapatkan perhatian serius khususnya dalam pengembangan spiritualitas, dan dalam pengembangan kapasitas dan kualitas personal. Gereja-gereja lokal, kecil dan terpinggirkan juga perlu mendapatkan perhatian ke depan.
Bila menyesuaikan dengan konteks yang kita hadapi saat ini, 6,5 juta jemaat HKBP di seluruh Indonesia, 75% di antaranya adalah petani. Seluruhnya, saat ini sedang melakukan AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru), menjalankan protokol kesehatan; jaga jarak, menggunakan masker, cuci tangan dan penggunaan hand sanitizer, sebagai dampak dari pandemi global COVID-19. Akibat yang ditimbulkan pandemi ini dalam jangka panjang, juga perlu menjadi bahan perhatian kita bersama. Total, hingga 29 Juli 2020, menurut data Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 104.432 orang di Indonesia positif COVID-19 dan sebanyak 4.975 orang meninggal dunia.
Selain krisis kesehatan, krisis ekonomi juga mengancam. Korea Selatan dan Singapura telah mengalami resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga Juni 2020 minus 3,8% dan pengangguran bertambah 3,7 juta orang (Kompas, 30/7). Para pakar belum mengetahui, kapan pastinya pandemi ini akan berakhir, sementara vaksin baru akan didistribusikan 1 atau 2 tahun ke depan. Itu berarti, adaptasi kebiasaan baru akan menjadi pilihan. Dan apabila status zona wilayah berubah dari hijau ke kuning, kemudian menjadi merah maka seperti pada umumnya, akan dilakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Jika melihat konteks yang terjadi, pertanyaannya sekarang, bagaimana pengembangan jemaat gereja, pemulihan ekonomi dan penguatan spiritualitas dapat dilakukan bersamaan dengan adaptasi kebiasaan baru?
Tentu, kita harus taat dengan protokol kesehatan, dan menjalankan ibadah, sesuai dengan protokol dan status zonasi. Memang, beberapa tempat ibadah sudah mulai dibuka kembali, karena wilayah yang berstatus hijau. Namun, sebagian lagi masih menjalankan ibadah live streaming dari rumah. Selain itu, ada opsi penting yang bisa kita lakukan.
Lembaga lingkungan hidup PBB, UNEP, menyatakan bahwa tahun ini, tema lingkungan hidup dunia adalah Keanekaragaman hayati. Keanekaragaman yang berhubungan dengan hidup. Artinya, menciptakan segala sesuatu kembali, seperti yang terdapat di Taman Eden. Itu berarti, mengubah ekonomi konvensional menjadi ekonomi agraris.
Selama di Pengembangan Masyarakat HKBP dan sekarang Pdt Ressort HKBP Ambarita, Samosir, bentuk pelayanan seperti itulah yang senantiasa kami kerjakan dalam pelayanan. Menjalankan misi; pekabaran Injil dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Melibatkan jemaat gereja, pemuda/pemudi dan parhalado huria untuk cinta lingkungan. Dan faktanya, hal seperti itulah yang kita perlukan saat ini.
Langkah praktis dari ekonomi agraris dan pelayanan holistik yang kami lakukan selama di Pengembangan Masyarakat HKBP, dan kini kami praktekkan di HKBP Ressort Ambarita Samosir, dan Distrik VII Samosir sebagai kepala bidang diakonia, terbilang baik untuk kita lakukan bersama selama masa pandemi; menanam sayur organik di lahan konvensional atau di polybag, kaleng, botol bekas, atau pipa paralon. Beternak ayam organik dan lele organik di pekarangan rumah. Mengganti produk bahan pangan dari beras menjadi ubi, kentang atau jagung, serta membagikannya kepada jemaat.
Kemudian, kami membuat produksi kopi organik, beras organik, mi sayur, tempe, tahu dan susu. Dan menjamin pasar bagi petani melalui Pendirian Badan Usaha Gereja, seperti Kantin Parasian di Ambarita, dan memanfaatkan ruang informasi tikting gareja menjadi informasi pasar yang diaktualkan lewat bazar pemuda dan ina huria, usai ibadah gereja berlangsung. Pemuda gereja dan pasangan yang mau menikah wajib menanam pohon untuk pelestarian alam dan income generating sesuai keputusan ressort Ambarita.
Metode yang kami lakukan dalam pengembangan produksi lokal itu saya pelajari selama menjalankan pendidikan di ARI Jepang, LGA (Life Giving Agriculture) Korea Selatan bekerja sama dengan Presbiterian Church of Korea dengan bentuk Management St Gallen kala bersekolah di Intertational Diakonia Management di Jerman.
Ke depan, produksi-produksi lokal seperti itu kita harapkan boleh melembaga, sehingga menjadi badan usaha yang dikelola secara mandiri oleh HKBP. Mohon dukungan bapak/ibu saudara, saudari sekalian untuk dukungannya di Sinode Godang ke-65 HKBP. Horas! Tuhan memberkati!
====
Penulis Calon Praeses HKBP dari Distrik VII Samosir
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]