Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Grup perbankan dunia, HSBC Holdings melaporkan penurunan laba sebesar 65% di semester pertama 2020. Hal ini akibat virus Corona yang berdampak pada penurunan pendapatan dan kerugian kredit atau pinjaman yang mungkin terjadi.
Dikutip dari CNN, Selasa (4/8/2020) HSBC mencatat laba sebelum pajak sebesar US$ 4,3 miliar setara Rp 63 triliun (kurs 14.600). Angka itu lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Bank memperkirakan kerugian kredit yang akan dialami pada 2020 dapat mencapai US$ 13 miliar (Rp 191 triliun).
Sedangkan, pendapatan Bank tercatat anjlok 9% pada semester pertama dibandingkan dengan tahun lalu.
Menurut Refinitiv, saham HSBC di Hong Kong ditutup turun 4,4% menjadi US$ 4,3 per saham. Begitu juga saham HSBC di London turun 5,6%. Secara total saham di Hong Kong dan London turun 40% sepanjang tahun 2020.
Selain itu, keadaan HSBC juga diperparah dengan ketegangan perang dagang AS dan Cina. Ketika keduanya saling tuduh dan perang dingin dalam sektor perdagangan. Menurut CEO HSBC Noel Quinn ketegangan antara AS dan China belum memiliki dampak secara material pada pendapatan. Tetapi ketegangan ini menciptakan siatusi yang menantang bagi bank.
"Kami akan menghadapi setiap tantangan politik. Ketegangan saat ini antara Cina dan AS pasti menciptakan situasi yang menantang bagi HSBC," kata Quinn.
Sebelum pandemi, HSBC telah melewati tantangan keuangan yang parah. Pada Februari lalu bank telah memangkas sekitar 35 ribu pekerja dan merombak bisnisnya setelah laba merosot pada 2019.Kemudian pandemi virus Corona menambah buruk keadaan HSBC dan memaksa bank menunda sebagian besar rencana restrukturisasi awal tahun ini.
Quinn mengatakan kini bank harus mempercepat rencana restrukturisasi itu. Serta meninjau langkah tambahan yang perlu diambil untuk menyesuaikan keadaan ekonomi yang baru. Bank berkomitmen untuk menjadikan bisnisnya lebih kuat lagi.(dtf)