Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jalur pendakian gunung di Indonesia mulai dibuka saat pandemi virus Corona. Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Cecilia Vita Landra mengingatkan agar diterapkan protokol kesehatan COVID-19 secara ketat.
Untuk sementara, baru jalur pendakian gunung-gunung yang dikelola pemerintah daerah dan masyarakat yang dibuka dan mengizinkan pendaki untuk bermalam. Sementara itu, gunung yang dikelola oleh taman nasional dibuka untuk pendakian satu hari. Pendaki dilarang nge-camp.
Merujuk beberapa laporan dan pengalaman pribadi, Vita bilang tak semua gunung yang sudah dibuka untuk pendakian menerapkan protokol kesehatan. Dia khawatir muncul klaster baru andai pengelola tidak tidak tegas.
"Sebenarnya sudah cukup banyak informasi sejumlah gunung buka, sedangkan gunung yang ada di bawah naungan taman nasional boleh dinaiki namun enggak mungkin sampai puncak, karena belum boleh nge-camp, one day trip. Agustus ini akan diumumkan gunung di bawah taman nasional akan dibuka," kata Vita dalam perbincangan, Kamis (6/8/2020).
"Gunungnya sendiri sih banyak orang yang bilang enggak kenapa-kenapa untuk didaki. Yang menjadi masalah apakah betul ada pembatasan kuota dan menerapkan protokol kesehatan untuk pendakian gunung saat COVID-19 lainnya atau tidak," dia menambahkan.
Saat pandemi virus Corona, Vita mendapatkan kesempatan untuk mendaki Gunung Cikuray. Itu sebagai salah satu uji coba pelaksanaan protokol kesehatan yang digelar oleh Kemenparekraf.
Vita mengikuti acara itu bersama sejumlah pendaki. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, satu tim mendaki Gunung Cikuray melalui Jalur Pemancar dan satu tim lain masuk lewat Jalur Kiara Jenggot.
"Nah, saat pendakian itu ada banyak sekali pendaki dari jalur lain. Dan, mereka tidak menerapkan menjaga jarak dengan tenda yang berimpitan," ujar Vita.
Vita berharap pemerintah bertindak lebih tegas untuk mengatur lalu lintas pendaki di desa terakhir pendakian gunung agar jumlah pendaki terpantau. Selain itu, dia meminta agar Pemerintah Daerah bersama Dinas Pariwisata terus-menerus menyosialisasikan protokol kesehatan pendakian, di antaranya kewajiban memakai face shield atau masker, membawa handsanitizer, dan tenda yang cukup. Itu agar tak terjadi penularan virus Corona.
"Seharusnya Dinas Pariwisata atau Pemerintah Daerah setempat lebih sering melakukan sosialisasi protokol pendakian agar orang tahu. Jangan sampai muncul klaster baru karena menganggap wabah COVID-19 sudah selesai,' Vita menegaskan.
"Nah, untuk gunung-gunung di bawah pengelolaan taman nasional masih mempunyai waktu untuk mematangkan dan menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan. Jangan sampai telat!" kata dia.(dtt)