Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com – Kisaran. Keluarga pekerja migran Indonesia (PMI) setiap hari berharap-harap cemas memastikan kondisi saudara mereka di Malaysia yang sampai saat ini tidak hanya terancam makan, tempat tinggal bahkan nyawanya. Jika ada bunyi dering telepon atau pesan masuk di sosial media, mereka selalu dirundung rasa ketakutan. Kabar yang didapat hanya dua. Baik baik saja, atau cerita duka.
Aulia salah satunya. Wanita 19 tahun ini tak bisa melepas buncahan kesedihannya. Air matanya tumpah seketika ia mendengar kepastian Pemkab Asahan tak akan memfasilitasi penjemputan lebih dari seribu warga Kabupaten Asahan di Malaysia yang sebelumnya telah didata untuk dipulangkan, karena keterbatasan anggaran keuangan daerah.
“Tolong lah pak. Pikirkan keluarga kami di sana. Bantu kami pak. Tolong,” belasnya kepada salah seorang pejabat berpakaian dinas yang tak ia kenal dan berlalu meninggalkan kerumunan massa yang sudah tumpah di kantor Bupati Asahan pada Senin (10/8/2020) siang.
Seorang ibu berkerudung merah jambu berupaya memenangkan wanita bertubuh tambun disampingnya. Sembari menyodorkan segelas air putih kemasan, Aulia bersedian diajak beberapa wartawan bercerita perihal abang kandungnya yang sudah lebih dari empat bulan terjebak di Malaysia. Tanpa pekerjaan dan terancam makan.
“Abang saya pak, namanya Raju Maulana. Sudah hampir setahun ini lah di Johor (Malaysia). Dia kerja di perkebunan. Semenjak Covid abang saya ini sudah tak kerja lagi. Mau pulang juga tak bisa dokumennya gak lengkap,” kata Aulia.
Karena sudah lama tak bekerja kata Aulia, abangnya itu telah menjual semua barang barang yang dipunya. Polsel, pakaian dan lainnya demi bertahan hidup. Olehkarena itu keluargan tak bisa mengetahui kepastian Raju jika ia tak terlebih dahulu memberi kabar.
BACA JUGA: Pemkab Asahan: Anggaran Terbatas, Tak Ada Lagi Penjemputan TKI ke Malaysia
“Kalau kami komunikasi sama dia dari facebook lah pak. Dari whatsapp juga itu pun pinjam punya kawannya. Keluarga sering kirimi uang ke sana satu juta sampai lima ratus ribu. Itupun kalau uang satu juta paling tidak dia bisa bertahan seminggu saja. Setiap hari kami gelisah, harapannya gak ada kabar duka saja dari saja,” kisah Aulia sembari mengusap air matanya.
Dengan kondisi saat itu, Aulia menambahkan ia dan keluarga sangat cemas. Pihak keluarga tak mungkin terus menerus mengirimkan uang yang jumlahnya cukup besar untuk keperluan hidup anggota mereka disana. “Saya yang selalu kirim ke abang pak. Saya cuma jual paket internet. Berharapnya pemerintah ini mau lah peduli dengan nasib keluarga kami disana,” kata Aulia.
Bersama ratusan warga lainnya yang bernasib sama, Aulia berharap Pemkab Asahan mau memfasilitasi kepulangan abangnnya dan pekerja lainnya di Malaysia karena tanpa campur tangan pemerintah daerah dan kerjasama antar Negara akan sangat sulit untuk memulangkan hampir seribuan masyarakat Asahan yang sampai saat ini terjebak di Malaysia akibat berkepanjangannya Covid-19.