Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdialy.com-Medan. Pilkada Medan 2020 diperkirakan hanya akan menampilkan 2 pasangan calon, yakni Bobby-Aulia yang diusung PDIP, Gerindra, Golkar, dan Akhyar-Salman yang didukung Partai Demokrat dan PKS. Dalam catatan pengamat politik, kedua pasangan ini memiliki sejumlah kekuatan dan kelemahan masing-masing. Berikut pendapat pengamat politik yang juga akademisi hukum Universitas Sumatra Utara (USU), Edy Ikhsan tentang kedua pasangan ini sebagaimana disampaikan kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (12/8/2020).
Kekuatan Bobby-Aulia, antara lain dukungan politik sejumlah partai besar (pemenang pemilu), kekuatan finansial ditambah cairnya komunikasi elite PDIP-Gerindra dan Golkar. Selain itu, pasangan ini diuntungkan dengan dukungan moral dari Sumut 1 dan 2 serta institusi penegak hukum.
Kemudian, potensi lain, sambung Ikhsan, adanya dukungan mewakili segmen generasi milenial. Ditambah lagi harapan sebagian masyarakat untuk pemimpin baru yang berasal dari keluarga istana.
"Pasangan ini juga memiliki tim media yang variatif dan berpengalaman dalam pertarungan politik untuk menyampaikan visi dan misi 5 tahun ke depan. Kekuatan Bobby-Aulia lainnya adalah rendahnya pemilih rasional yang akan menggunakan hak pilihnya. Hal itu akan mempermudah pasangan ini merebut suara masyarakat pinggiran Medan yang lebih berorientasi uang," jelas Ikhsan.
Sementara sisi negatifnya, sambung Dosen Fakultas Hukum USU ini, antara lain terkait status Bobby yang menantu Jokowi telah memicu kampanye "Asal Bukan Bobby" di kelompok yang selama ini berseberangan dengan Jokowi. Hal itu diperkuat dengan adanya frustrasi kelompok Prabowo (212) atas meleburnya beliau dalam pemerintahan Jokowi.
"Saya juga melihat kemungkinan fragmentasi PDIP di segmen bawah akibat kader organisasi yang berakar seperti Akhyar, harus tercampak karena mementingkan anak menantu presiden yang baru masuk partai. Sisi negatif lain karena tim kerja Bobby-Aulia berbasis atau berorientasi kepada reward. Sulit mendapatkan kelompok sukarelawan yang bersih dan tidak berharap uang dari Bobby-Aulia," lanjut Ikhsan.
Kendala lain pasangan ini akibat minimnya pengetahuan masyarakat terhadap apa yang sudah dilakukan Bobby-Aulia untuk masyarakat Medan dan apa yang akan mereka perbuat untuk 5 tahun ke depan. Karakter pemilih di Medan yang variatif, mulai dari kelompok pemilih money politic rasional dan masa bodoh juga akan menyulitkan Bobby-Aulia untuk membangun strategi yang linier.
Sebaliknya kekuatan pasangan yang menjadi kompetitor mereka, Akhyar-Salman terletak pada semua kelemahan Bobby-Aulia. Kekuatan Akhyar-Salman semakin nyata dengan bergeraknya kader PKS secara maksimal.
Munculnya simpatisan Akhyar yang dianggap dizolimi oleh PDIP (baik di level pemerintahan maupun off-state) juga akan menjadi kekuatan tambahan. Pasangan ini diuntungkan dengan penguasaan real Medan dan teritorial/wilayah dari Akhyar dan Salman.
Yang tak bisa dipungkiri adanya keinginan kelompok masyarakat tertentu yang ingin menjungkirkan calon titipan istana.
"Terlepas itu semua, kelemahan Akhyar-Salman adalah jika seluruh kekuatan Bobby-Aulia nantinya bergerak sesuai harapan," tutup Ikhsan yang sempat digadang-gadang ikut bursa pemilihan Wali Kota Medan dari jalur independen ini.