Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Seorang dokter di Kota Medan kembali dikabarkan meninggal akibat Covid-19. Dokter tersebut merupakan dokter senior bernama dr Sabar Tuah Barus SpA.
Informasi yang diperoleh, Kamis (13/8/2020) dr Sabar meninggal pada, Rabu (12/8/2020) sore. Sebelumnya, dia telah mendapatkan perawatan sejak sekitar 8 hari lalu.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan dr Wijaya Juwarna Sp-THT-KL yang dikonfirmasi membenarkan kabar ini. Wijaya menyampaikan, berdasarkan laporan yang dia diterima, dokter tersebut meninggal dunia di RS Murni Teguh.
"Kondisi memang buruk saat masuk," ungkapnya.
Atas meninggalnya dr spesialis anak ini, kata Wijaya, maka sudah ada 8 dokter yang merupakan anggota IDI Medan yang meninggal. Mereka adalah dr Ucok Martin SpP, dr Irsan Nofi Hardi Nara Lubis SpS, dr Anna Mari Ulina Bukit, dr Aldreyn Asman Aboet SpAN, KIC, dr Andika Kesuma Putra, SpP (K), dr Ahmad Rasyidi Siregar SpB, dr Dennis dan dr Sabar Tuah Barus SpA.
Sementara dari IDI Kisaran adalah dr Herwanto SpB, dari IDI Labuhan Batu Utara dr Maya Norismal Pasaribu, dari IDI Padang Sidempuan dr M Hatta Lubis, SpPD dan dari IDI Langkat dr H Muhammad Arifin Sinaga.
Sebelumnya Wijaya mengatakan, meski telah banyaknya dokter yang gugur karena Covid-19 tidak akan sampai menimbulkan kekhawatiran terhadap dokter, sehingga sampai harus enggan berpraktek. Karena kata dia, jauh sebelum ada covid-19, dokter selalu berpegang teguh pada sumpahnya untuk mengutamakan kesembuhan pasiennya bahkan menghargai kehidupan sejak masa pembuahan.
"Namun dibalik prinsip sumpahnya tersebut, para dokter sebagai warga negara juga wajib mendapat perlindungan dari negara layaknya warga negara lainnya. Saya yakin dan percaya tidak ada satupun dokter akan meninggalkan tanggungjawabnya ini, sepanjang masih mampu dia bertahan ditengah krisis semangat dan bahaya infeksi Covid-19 yang selalu mengancam," jelasnya.
Wijaya menyebutkan, kekhawatiran dirinya justru bagi layanan untuk pasien non Covid yang akan terganggu, mengingat banyak tenaga kesehatan yang justru tidak langsung menangani pasien covid terinfeksi saat ini. Oleh karena itu dia menuturkan, sangat penting memetakan kembali RS yang ada.
"Jika dinilai satu RS akan lebih bermakna dalam menangani pasien Non Covid, maka RS tersebut tidak boleh menangani pasien Covid, begitu sebaliknya," pungkasnya.