Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Menutup perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu ditutup menguat 0,16% di level 5.247,69. Sementara itu mata uang rupiah melemah di level 14.795/dolar Amerika Serikat (AS). Kinerja rupiah memang memburuk seharian ini bahkan sempat menyentuh level 14.870/dolar AS.
Kabar buruk memang kembali menghantui pasar keuangan domestik setelah Malaysia membukukan pertumbuhan negatif di kuartal kedua. Angkanya tidak tanggung-tanggung, pertumbuhan ekonomi Malaysia terpukul Minus 17,07% secara tahunan (yoy).
Kinerja pertumbuhan ekonomi yang negatif tersebut menyisahkan masalah serius bagi Malaysia. Dimana Malaysia mengalami pukulan paling buruk bahkan jika dibandingkan dengan krisis di tahun 1998 silam. Meskipun pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama Malaysia masih mampu positif, tetapi penurunan pertumbuhan kuartal kedua tersebut diyakini sebagai pertanda bahwa ekonomi Malaysia akan kesulitan untuk rebound di kuartal ketiga nantinya.
"Krisis yang melanda Malaysia ini bisa menjadi kabar buruk bagi perekonomian nasional. Meskipun pada dasarnya sudah diperkirakan jauh hari sebelumnya. Akan tetapi dampak dari krisis Malaysia tersebut tidak bisa diremehkan begitu saja. Mengingat hubungan dagang antara Indonesia dengan Malaysia cukup signifikan. Termasuk dalam penyediaan tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Jumat (14/8/2020).
Gunawan mengatakan, dampak krisis di Malaysia ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perekonomian nasional. Dan di tengah kondisi seperti ini pemerintah diminta harus lebih waspada lagi. Krisis di Malaysia membuat Indonesia kian dekat dengan potensi resesi di kuartal ketiga nantinya.
Semenara itu, dalam pembacaan pidato nota keuangan pemerintah, lagi-lagi ketidakpastian ekonomi di tahun 2021 masih menghantui. Belanja pemerintah yang diharapkan menjadi saah satu sumber paling besar untuk mendongkrak perekonomian, sepertinya tidak bisa diharapkan terlalu banyak.
"Ketidakpastian ekonomi masih membayangi dan bisa saja membuat asumsi kinerja ekonomi makro ke depan berubah ubah," kata Gunawan.