Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tak terelakkan memang. Pandemi covid-19 menyebabkan masyarakat kesulitan menjalani hidup, termasuk mereka kalangan kawula muda. Namun meskipun sulit, lantas tak adakah kesempatan untuk bergerak maju?.
Oh tidak. Selalu ada jalan bagi siapapun yang meniatkan keluar dari kungkungan kesulitan covid-19. Seperti anak muda asal Medan ini, yang berupaya menaklukkan kesulitan pandemi covid-19 saat ini.
Adalah Faldy Alfansa Putra, atau akrab disapa Aldy, yang melihat masih adanya celah bergerak bangkit di tengah masa sulit. Ia pun membuka usaha pinggir jalananan, dengan memanfaatkan emperan toko di kawasan Kesawan, Jalan Ahmad Yani Medan, yang buka khusus malam hari.
Di sana ia siapkan seduhan minuman kopi yang ia namai Angkringan Kopi. Ada juga kulinerannya, sate, yang dinamai Thaican Sate. Sekilas jika lewat, iya memang biasa saja, mungkin tak ada yang istimewa.
Eits tunggu dulu. Rupanya tak sekedar kopi biasa. Racikannya ternyata menabuh nikmat, apalagi biji kopinya adalah pilihan, yang sengaja didatangkan dari penghasil kopi legendaris di Sumut dan Aceh.
Dan benar saja. Kopi yang diseruput malam hari dalam paduan suasana klasik dan modern kawasan Kesawan itu, ternyata memberi sensasi tersendiri. Iya kesannya eksklusif. Dan itu rupanya yang membuat pengunjung saban hari kian banyak.
Maklum, kawasan Kesawan adalah jantungnya Kota Medan karena dekat dengan Lapangan Merdeka, Kantor Pos dan Stasiun Besar Kereta Api. Kesawan juga dikenal karena historisnya. Masih ada beberapa gedung di sana yang tetap mempertahankan desain klasik (gedung tua).
Beberapa situs bersejarah di sana seperti rumah Tjong A Fie dan juga kantor perusahaan perkebunan terkenal, Lonsum. Kalau siang harinya, Kesawan ini dikenal kawasan bisnis.
Kembali ke usaha Aldy yang ia rintis bersama 2 temannya itu. Meja dan tempat duduk dikonsep minimalis. Tapi ada juga lesehan di sana, yang sekaligus memberi kesan santai dan menghidupkan suasana akrab satu sama lain. Tak jarang misalnya jika para kawula muda menambah kopinya karena itu.
Malam yang semakin larut, kerap dibarengi dengan perut "berkeroncong". Taichan sate biasanya menjadi pilihan pengunjung. Tak hanya itu, boleh juga di pesan menu lainnya dari jejeran jajaan makanan di sana.
Kepada medanbisnisdaily.com yang berkesempatan nongkrong di sana, Minggu (23/08/2020) malam, Aldy yang masih berstatus mahasiswa Teknik Lingkungan USU itu mengisahkan awal mula membuka Angkringan Kopi dan Taichan Sate bersama beberapa rekannya itu.
Rupanya berbekal hobi menyeruput kopi, ia memberanikan diri memulainya. Awal Mei 2020 pertama kali mencoba usahanya. Situasi covid-19 yang masih mencekam kala itu membuat rumah kawan jadi pilihan sebagai tempat usaha.
Namun pada 10 Juni 2020 karena juga sudah memasuki masa transisi pandemi covid-19, ia dan temannya pindah ke Kesawan setelah terbangun kesepakatan dengan pemilik toko di sana untuk memanfaatkan emperannya sebagai lapak jualan.
"Kan misalnya berapa sewa per hari, per bulan gitu kan harus tuntas. Biar sama-sama enak kata orang Medan. Dan juga ada toko itu penitipan barang peralatan. Iya semua tuntas, sepakat gitu ya almhamdulillah kita mulailah 10 Juni kemarin," tutur Aldy.
Seiring dengan banyak pengunjung yang ternyata gemar kulineran, Taichan Sate pun dibuka 16 Juli 2020. Dan akhirnya, banyak juga menu titipan warga sekitar dijual di sana. "Ya dititip kita juallah. Kan sama-sama untung," sebut Aldy sambil tertawa ringan.
Awalnya hanya beberapa saja yang membuka usaha di sepanjang emperan toko di kawasan Kesawan itu. Tapi sekarang sudah ramai. Iya, yang mengelola adalah mereka para anak muda.
Apa yang ia dan teman-temannya lakukan tersebut, menurut Aldy tidak lebih dari sekedar upaya bertahan menghadapi sulitnya pandemi covid-19. "Iya belajar berusaha, belajar mandiri juga daripada habis waktu ke sana-sini tak jelas, habis duit lagi," ujarnya.
Aldy sebenarnya salah satu anak yang beuntung. Sebab sang ayah adalah seorang pejabat. Apalagi ia anak bungsu, yang bisa saja mungkin bermanja-manja tanpa harus susah payah kejar duit.
Tapi justru sebaliknya, ia berupaya tampil mandiri, tanpa melulu tergantung orangtua dan abang-abangnya. Dan sifat berusaha mandiri sebenarnya sudah ditunjukkan Aldy, yang sewaktu kuliah di Palembang, mencoba ikut nge-grab.
"Tapi orangtua saat itu kurang mendukung. Eh saya justru balik ke Medan dan akhirnya lulus di USU, jalani hingga tingkat akhir begini, terus corona datang, iya udah deh coba-coba buka usaha aja ngisi waktu," kisah Aldy lagi.
Tanpa bermaksud menggurui, kata Aldy, sudah sewajarnya para kawula muda menghabiskan waktu dengan hal-hal positif. Ia dan teman-temannya rupanya sangat prihatin dengan para kawula muda yang terbelenggu narkoba dan pergaulan bebas dewasa ini.
"Saya dan kami di sini belum jadi contohlah, tapi setidaknya dengan semakin banyak dari kita mengisi waktu untuk hal positif, tentu akan menjadi contoh ke depannya bagaimana para kawula muda bergerak maju tanpa harus tereksploitasi oleh kemajuan jaman," pungkas Aldy.