Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Sejak empat bulan terakhir, jumlah korban meninggal dunia akibat pandemi Covid-19 telah bertambah lebih 700 ribu jiwa. Sehingga terhitung hingga pekan keempat Agustus total korban meninggal sudah lebih 800 ribu jiwa di seluruh dunia sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi.
Tidak sampai di situ, pandemi Covid-19 menyebabkan diberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai negara yang turut berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi. Dilansir dari CNBC Indonesia (22/08/20), 22 negara sudah dinyatakan masuk ke jurang resesi ekonomi. Empat diantaranya adalah negara ASEAN yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Tiga negara Asia lainnya, Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong juga tidak luput masuk ke jurang resesi. Sebelas negara lainnya merupakan negara Eropa yaitu Inggris, Jerman, Polandia, Perancis, Spanyol, Austria, Belgia, Finlandia, Latvia, Lithuania, dan Belanda. Sementara Meksiko dan Amerika Serikat menjadi dua negara pertama asal Benua Amerika yang mengalami resesi.
Jika dilihat berdasarkan persentasi penyumbang produk domestik bruto (PDB) negara-negara di atas, mayoritas merupakan negara yang sektor pertaniannya menyumbang PDB tidak lebih dari 3,5%, selebihnya didominasi dari sektor jasa dan industri. Kecuali Malaysia, Thailand, dan Filipina. Data tersebut diambil dari Statistic Times tahun 2019. Misalnya Amerika Serikat, sektor pertanian hanya menyumbang 0,9% PDB. Atau Jepang yang sektor pertaniannya hanya menyumbang 1% PDB. Dari fakta tersebut, penulis mencoba mengambil hipotesis, apakah sektor pertanian yang membuat suatu negara mampu menghindari resesi atau setidaknya mampu menunda resesi ekonomi di masa pandemi Covid-19. Untuk memastikan dugaan tersebut, tentu perlu pembuktian riset ilmiah.
Benar atau tidaknya hipotesis tersebut, sektor pertanian merupakan penopang ekonomi yang sangat penting di masa yang genting seperti sekarang. Terlebih untuk Indonesia yang merupakan negara pertanian terbesar kelima di dunia, dimana sektor pertanian menyumbang sekitar 14% PDB atau sekitar 128 Dollar Amerika Serikat di tahun 2018.
Pembatasan sosial berskala besar cukup memukul sektor pertanian dan pangan. Lembaga PBB yang fokus pada permasalahan pangan dan pertanian, Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan di sebagian besar negara Covid-19 menyebabkan akses makanan berkurang dikarenakan pendapatan turun, pengiriman uang berkurang, dan harga bahan makanan meningkat. Sementara di negara-negara yang telah mengalami tingkat kerawanan pangan akut, bukan hanya persoalan akses makanan akan tetapi semakin menjadi masalah produksi pangan.
PBB memperkirakan pada tahun 2020 terdapat tambahan 83 juta orang, atau bahkan hingga 132 juta orang mengalami kelaparan di seluruh dunia yang dipicu resesi ekonomi akibat Covid-19. Sedangkan sebelum pandemi Covid-19 saja sudah ada sekitar 690 juta orang mengalami kelaparan di seluruh dunia. Menurut Bank Dunia, dampak pandemi Covid-19 dapat menjadi pemicu sekitar 100 juta orang mengalami kemiskinan ekstrim.
Melonjaknya tingkat pengangguran, hilangnya pendapatan, dan kenaikan biaya pangan membahayakan akses pangan di negara maju dan berkembang dan akan memiliki efek jangka panjang pada ketahanan pangan. Selain itu, pandemi dapat menjerumuskan ekonomi nasional ke dalam resesi. Dikhawatirkan, jika para petani tahun ini tidak menanam atau kuantitas penanaman kurang dari biasanya diprediksi menyebabkan kekurangan pangan di akhir 2020 atau pada tahun 2021.
Secara global, langkah solutif yang perlu diambil untuk menghindari darurat pangan antara lain melindungi yang paling rentan, menjaga rantai pasok makanan agar tetap berjalan lancar, menekan dampak pandemi di seluruh sistem pangan, mempertahankan dan bahkan meningkatkan produksi pangan semaksimal mungkin, dan membangun kembali sistem pangan yang lebih baik dan lebih tangguh.
Kementerian Pertanian RI mengambil enam strategi di sektor pertanian dalam menghadapi masa pandemic Covid-19. Pertama, tetap bekerja secara optimal untuk mewujudkan kemandirian pangan. Kedua, mengoptimalkan produksi nasional berbasis pertanian rakyat dan berpihak pada petani kecil. Karena memang mayoritas penggerak sektor pertanian Indonesia merupakan para petani kecil. Oleh karena itu mesti ada dukungan dari pemerintah mulai dari perihal modal, sarana prasarana produksi, edukasi, hingga pemasaran. Ketiga, optimalisasi lahan dan pekarangan untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk mendorong strategi ketiga ini, pemerintah tidak bisa sendirian untuk mendorong dan memfasilitasi masyarakat bercocok tanam. Tidak semua masyarakat memiliki pengatahuan, wawasan, atau keterampilan bidang pertanian. Optimalisasi lahan pekarangan bisa berjalan baik jika ada yang bisa memfasilitasi teknis budidaya mudah. Artinya ada fasilitas yang membuat semua orang bisa bertani. Ini merupakan tantangan bagi para anak muda untuk menjalankan sociopreuner, berbisnis sambil berbagi manfaat. Keempat, pemetaan terhadap daerah yang mengalami rawan pangan, serta akses pangan secara tepat.
Strategi yang kelima yaitu menciptakan efisiensi pemasaran yang berpihak kepada petani berbasis online. Sekali lagi, ini merupakan tantangan bagi para sociopreuner muda untuk berkolaborasi. Digitalisasi bisa dijadikan akses yang memperantarai antara petani dengan pedagang di pasar atau konsumen langsung. Namun bukan sekedar menyediakan platform digital. Kita memahami bahwa tangkat pemahaman e-commerce baik petani maupun para pedagang pasar tidak semuanya merata. Oleh karena itu pertama sekali perlu mengelompokkan baik petani, pedagang pasar, dan konsumen. Setelah dikelompokkan, masing-masing diedukasi. Baru kemudian platform digital pemasaran online menjadi sarana transaksi. Tidak sampai di situ, profit yang didapat sebagian mesti ada manfaatnya bagi petani.
Strategi keenam yaitu menjaga petani agar tetap produktif, sehat, dan sejahtera. Paling awal, tentu mesti ada upaya merubah citra pertanian di masyarakat. Jangan lagi ada image kata “petani” dekat dengan kata “miskin”. Sektor pertanian merupakan penyangga ekonomi sangat penting. Semua orang butuh makan, yang artinya butuh pertanian. Langkah tersebut bisa dengan mengadopsi dari negara-negara lain, misalnya membuat Bank Pertanian, atau dengan membuat pameran pertanian modern di beberapa kota besar. Bahkan di beberapa negara, Bank Pertanian mampu menjadi bank terbesar. Kemudian perlunya upaya meningkatkan kesejahteraan petani kecil, seperti jaminan kesehatan, beasiswa bagi anak petani, dan program lainnya yang berpihak kepada petani.
====
Penulis Kandidat Doktor Fakultas Pertanian Akdeniz University/Direktur Eksekutif Tarim Politika
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]