Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perekonomian nasional berpotensi besar masuk zona negatif di sepanjang tahun 2020. Hal itu menyusul realisasi APBN tahun anggaran 2020 yang masih belum memuaskan.
Pada kuartal I-2020, perekonomian Indonesia tumbuh di level 2,97% dan di kuartal II-2020 terkontraksi minus 5,32% akibat pandemi Corona.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun mengungkapkan ada beberapa fakta yang membuat ekonomi nasional berpotensi tumbuh negatif di sepanjang 2020. Berikut fakta-faktanya:
1. Prediksi Ekonomi Kuartal III Bisa Minus 2%
Sri Mulyani mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran 0% hingga minus 2%. Hal tersebut menyusul belum terjadinya pembalikan ekonomi nasional yang solid.
"Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata, kuartal III outlook-nya antara 0% hingga negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Dengan outlook tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1% hingga positif 0,2%.
Menurut Sri Mulyani, kunci agar ekonomi tanah air berada di zona positif adalah konsumsi rumah tangga dan investasi.
2. Asumsi makro meleset
Dia memaparkan asumsi makro hingga Juli 2020. Sayangnya, seluruh capaian asumsi makro ini meleset semua dari yang ditentukan di APBN.
Untuk pertumbuhan ekonomi selama semester-I 2020 tercatat minus 1,26%. Angka ini merupakan akumulasi dari ekonomi kuartal I-2020 yang tumbuh 2,97% dan di kuartal II-2020 kontraksi 5,32%.
Kemudian untuk inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) tercatat 1,54% dan hingga year to date (ytd) atau hingga Juli 2020 tercatat 0,98%. Angka ini lebih rendah dari yang dipatok dalam APBN yakni 3,1%.
"Semuanya lebih rendah dari APBN awal dan inflasi lebih rendah dari APBN awal," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga Juli juga tercatat di level Rp 14.608, angka ini lebih tinggi dari yang dipatok dalam APBN di level Rp 14.400. Suku bunga SBN juga tercatat lebih tinggi dari APBN, yakni 3,29% hingga Juli 2020.
Sedangkan untuk harga minyak mentah Indonesia hingga Juli 220 US$ 39,98 barel per day (bpd), lebih rendah dari target APBN yang mencapai US$ 63 bpd. Lifting minyak juga tercatat sekitar 714 ribu bph dan lifting gas sekitar 987 ribu barel setara minyak per hari. Keduanya juga meleset dari target APBN.
3. Konsumsi dan investasi penyelamat
Sri Mulyani mengungkapkan setidaknya ada dua kunci yang bisa menyelamatkan ekonomi tanah air dari jurang resesi, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Kunci utamanya, konsumsi dan investasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa.
Guna mendorong laju konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah akan mempercepat penyerapan belanja pemerintah. Dia mengaku akselerasi penyerapan belanja pemerintah juga akan berdampak pada perekonomian di kuartal III-2020.
"Pemerintah akan terus memonitor dan meningkatkan kinerja dari belanja terutama yang berhubungan dengan pemulihan ekonomi sehingga trend untuk pemulihan ekonomi bulan Juli bisa semakin distabilkan dan dibuat jauh lebih bertahan dan positif sehingga kita betul-betul bisa memulihkan ekonomi pada Kuartal ketiga dan selanjutnya," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menginstruksikan kepada beberapa menteri ekonominya untuk fokus terhadap tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi. dtc