Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Bobby Afif Nasution menolak kontestasi Pilkada Medan 2020 hanya diikusi pasangan calon tunggal alias melawan kotak kosong. Akademisi dari Universitas Medan Area, Ara Auza, berpendapat, menilai sikap menantu Presiden itu bagian dari komitmen menjaga iklim demokrasi.
"Apa yang disampaikan Gus Irawan Pasaribu itu adalah dialog antara dirinya dengan Bobby Nasution. Dalam proses komunikasi, ada teori dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang. Dalam hal ini tidak ditampilkan sosok Bobby Nasution secara langsung, melainkan melalui kutipan pernyataan dari orang. Ini sesuatu yang sah," ungkap Ara, Rabu (26/8/2020).
Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi UMA ini beraharap, iklim demokrasi sehat juga bisa dihadirkan kandidat lain. Dengan begitu, kata Ara Auza, tidak perlu terjadi penurunan kualitas demokrasi di Kota Medan.
"Menjaga kebebasan pers, tidak adanya kriminalisasi terhadap individu di media sosial, politik uang, dan pengerahan ASN untuk mendukung pasangan tertentu. Mengenai demokrasi, merupakan hal yang ditawarkan Bobby Nasution kepada masyarakat Kota Medan, untuk berkomitmen menjaga kualitas demokrasi di Kota Medan," ujarnya.
Sebelumnya, Gus Irawan Pasaribu mengungkap, dalam satu kesempatan dirinya memanggil Bobby Nasution dan calon kepala daerah lain di Sumut, untuk mengetahui visi-misi dan keseriusan calon kandidat dalam mengikuti Pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang. Setelah Bobby Nasution menyampaikan visi-misinya, Gus Irawan mengaku bertanya soal kemungkinan skenario untuk melawan kotak kosong di Pilkada Medan.
"Spontan Bobby menjawab: Apakah hal itu bagus untuk proses berdemokrasi? Saya kagum dengan jawaban itu. Hebat sosok anak muda yang satu ini," tutur Gus di hadapan fungsionaris dan kader Gerindra Sumut.