Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Gunungsitoli. Rumah Sakit (RS) Swasta Bethesda di Gunungsitoli, Kepulauan Nias, Sumatra Utara mewajibkan setiap pasien yang akan rawat inap menjalani rapit test dengan dikenakan biaya Rp 150.000. Kebijakan ini dikeluhkan para pasien, khususnya pemegang KIS.
Pengelola RS Bethesda, Mathinus Lase, mengungkapkan, wajib rapit test bagi pasien rawat inap dilakukan kaena sejumlah pasien tidak jujur saat berobat bahwa mereka berstatus reaktif. "Pengalaman itulah yang membuat kita mengambil kebijakan. Artinya kita dulu tidak memperhatikan hal lainnya apakah persoalan dia punya kartu KIS. Ini kondisi darurat Covid-19," katanya, Rabu (26/8/2020).
Kebijakan RS Swasta Bethesda yang mewajibkan setiap pasien menjalani rapit test banyak dikeluhkan pasien yang kurang mampu, pemegang kartu KIS. Menurut informasi yang beredar, keluhan pasien KIS, mereka sudah duluan terbebani biaya rapit test belum lagi biaya perobatan dan lain-lain saat dalam perawatan.
Mathinus Lase yang juga anggota DPRD Kota Gunungsitoli mengatakan, semua tahu bahwa di Nias, Gunungsitoli makin hari makin meningkat jumlah kasus positif Covid-19. "Pengalaman kami yang sudah terjadi karena beberapa pasien yang berobat di RS Bethesda memang mereka tidak jujur," ungkapnya.
Diceritakannya, ketika pihaknya merapid test RL reaktif kasus pertama kali untung dia memberitahu riwayat perjalalananya. "Karena klo tidak ketat di sini repot," jelasnya.
Jadi dengan ketahuan reaktif, pasien yang bersangkutan segera dijemput oleh dinas kesehatan setempat. Tetapi beberapa pasien yang sudah reaktif tidak jujur. Mereka mengaku tidak ada gejala Covid-19, setelah dirapit ternyata reaktif.
"Kejadiannya kemarin seperti banyak siscaba lebih 300 orang beberapa di antaranya ada yang reaktif. Demi menghindari itu jadi kita ngeri-ngeri sedaplah di situ karena semua bisa jadi korban," sambungnya.
Ironisnya, katanya, kasus CSN, anggota Panwaslu Nias Utara rawat inapnya di RS Bethesda. Padahal riwayat perjalanan yang bersangkutan dari luar Nias sudah reaktif. Konsekuensinya semua obat dan vitamin pasien tersebut ditanggung RS.
Selain itu, semua pakaian tenaga medis, APD dan peralatan yang sempat disentuh pasien reaktif dibuang semua.