Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Suasana alam asri sangat terasa begitu memasuki gerbang peternakan lebah milik Maruddin Simorangkir (45) , kemarin siang (7/9/2020), di Dusun Hutanamora, Desa Lobuhole Kecamatan Siatas Barita,Tapanuli Utara, atau hanya berjarak 3 kilometer dari Objek Wisata Salib Kasih, di Siatas Barita.
Di sana, di atas lahan sekitar 4 hektare, pengunjung akan disuguhkan suasana relaksasi ditengah hutan rindang, ragam tumbuhan dan ditiup udara sejuk. Sangat kontras dengan lahan -lahan disekitarnya, yang kini dikonversi menjadi lokasi perladangan tanaman hortikultura dan palawijaisme.
Akses jalan masuk ke lokasi hanya satu kilometer dari jalan besar Hutanamora. Ke ujungnya, sekitar 200 meter belum beraspal, tetapi sudah bisa dilintasi kenderaan roda empat.
Konsep yang diusung pemilik peternakan itu, selain untuk mengembangkan peternakan lebah yang menghasilkan madu berkualitas, juga melestarikan hutan yang dikembangkan menjadi destinasi agro wisata.
"Dengan semakin maraknya pembukaan lahan di kawasan ini (menebang pohon), saya ingin mempertahankan hutan ini. Konsep awalnya, pada tahun 1993 saat memulai peternakan lebah, saat itupula saya berpikir memulai menambah menanam pohon-pohon alam disini," kata Maruddin, saat ditemui ketika sedang memanen madu lebahnya dari salah satu stup.
Stup adalah sejenis kotak yang sengaja dirakit menjadi tempat bersarangnya lebah-lebah. "Di stup ini, lebah akan merasa nyaman berlindung, terutama saat turun hujan. Saat lebah keluar dari stup, dilokasi hutan sudah tersedia makanan dari tanaman dan pohon-pohon yang berbunga yang ditanami Maruddin. Jadi ada simbiosis mutualisme, antara pelestarian alam lingkungan dan terjaganya ekosistem lebah," terangnya.
Memang, lokasi peternakan lebah milik Maruddin ini tergolong unik dan menarik. Beda dengan lahan peternakan lebah yang juga tumbuh disana. Diketahui, sedikitnya ada 30 orang peternak lebah dikawasan itu. Uniknya, banyak diantara peternak itu, lihai mencari dan mengambil madu dari sarang-sarang lebah di hutan-hutan liar, meskipun sangat berisiko.
Kesan lain lokasi ini, seakan mengajak pengunjung akan berpikir mencintai alam, menjaga hutan dan mengenal beragam jenis pohon dan tidak sembarangan menebang pohon.
"Sudah banyak yang berkunjung kesini, perorangan, keluarga, kelompok pecinta alam dan yang ingin melakukan studi," jelasnya.
Hari itu, dua orang mahasiswi juga sedang berada disana, untuk melakukan penelitian tentang hutan. Maruddin mengungkapkan, sangat banyak dampak positif dari prngrmbangan peternakan lebah.
"Jika sudah menjiwai, seorang peternak lebah akan diajak ikut melestarikan lingkungan hutan," ungkapnya.
Lebah menurutnya, harus dilindungi, sebab berfungsi untuk penyerbukan tanaman dan tumbuhan.
Dampak lainnya sebut Maruddin , akan menambah penghasilan dan menopang hidup sekaligus mendukung kesehatan masyarakat. "Contohnya, mengkonsumsi madu, stamina akan lebih kuat dan sehat," ujarnya.
Beternak lebah sambil menanami pohon. Apa tujuannya? "Jadi, semua tanaman dilokasi ini untuk mendukung sumber pakan lebah madu, berupa nektar dan tepung sari atau bifolen. Dari semua rumput-rumput yang berbunga atau pepohonan yang berbunga mendukung sumber pangan lebah," ungkapnya.
Ia bercerita, dulu lokasinya masih gersang (belum rimbun). Tetapi mulai tahun 1993, mulai menanami pohon dan tumbuhan lainya.
"Ternak ini sudah berlangsung 27 tahun dan sekarang pohon-pohonnya sudah mulai besar," ujarnya, sambil menunjuk beragam jenis kayu dan disebut dalam bahasa Batak Toba, mulai dari pohon anti api, humbang ,tambbicu, hau halak, api api, haminjon silom dan attahasi.
Kemudian kayu manis, pohon pinus dan beragam jenis tanaman berbunga. "Kebetulan, saya juga pecinta alam. Kayu yang tumbuh saya elaborasikan dengan ratusan stup (kotak) lebah yang saya letakkan dibawah pepohonan, "papar Maruddin.
Ia juga bercerita, tahun 2002 ada yang membantu, dengan meminjamkan uang sebesar 350 ribu untuk membantu membuat 50 stup.
"Sekarang sudah ada 200 stup. Ketika panen, bisa mengasilkan 35 botol. Tetapi bukan sekali seminggu loh, bisa sekali dua bulan, tergantung rejeki akan bersarangnya lebah-lebah itu di stup," ujarnya, sambil menjelaskan produksi madunya sudah dipasarkan ke Medan, Siantar dan Sibolga.
Dari pekerjaan ini, selain sudah menopang biaya hidup keluarga, ada hal lain yang menyenangkan?
"Wah banyak sekali, misalnya saya mendapat dukungan dari pak Toluto (mantan bupati Taput) dan pak Sanggan (mantan Sekda Taput), sekitar tahun 2004. Saya juga selalu ikut peserta stand pameran dari peternak lebah madu dari Siatas Barita. Bank Sumut telah juga telah membawa saya pameran ke Medan, dan menjadi salah satu pemenang," urainya.
Ada lagi? "Yang paling menyenangkan, ternyata saya dilirik pihak Bank Indonesia (BI) menjadi peserta dari wirausaha (UBI), mengikuti seminar Bank Indonesia di Sibolga selama 6 bulan, yang difasilitasi Dinas Koperasi dan UMKM Taput," katanya.
Dirinya juga menerima pengahargaan kategori petani berprestasi dari Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, pada Tahun 2018.
"Pernah juga dikasih pak Nikson sebuah buku yang memuat, bawasanya usaha lebah madu saya, akan diorbitkan menjadi agro wisata," ungkapnya lagi.
Apakah ilmu beternak lebah ini pernah ditelorkan ke pihak lain? "Tentu, saya membuat pelatihan ternak lebah madu diikuti peternak dari Kabupaten Dairi selama 3 kali dan Simangumban satu kali. Mereka juga ingin meniru. Saya mengajarkan materi peternakan dan cara pembuatan stup (kotak lebah). Kemudian, cara pemindahan lebah ke kotak, pengenalan jenis lebah ratu dan jantan serta proses pemanenan dan prnyaringan madu," jelasnya.
Sekarang, apa kendalanya? "Yah, barangkali Pemkab Taput juga bisa membantu fasilitas pengadaan tempat duduk, wc, dan sumur bor. Sebab lokasi ini sangat berpotensi menjadi lokasi destinasi agro wisata, mendukung Objek Wisata Salib Kasih. Sudah selesai dari Salib Kasih, kan bisa pengunjung meneruskan kesini," ketusnya.
Maruddin juga mengungkapkan, butuh suntikan modal untuk berjualan dilokasi tersebut.
"Seringkali pengunjung datang kesini meminta makanan dan minuman, tetapi persediaan saya tidak ada," sebutnya.
Memang, penelusuran ke lokasi ini, sedikitnya 40 kepala keluarga sudah menggarap lahannya menjadi lokasi pertanian. Dari cerita Maruddin pun, akses jalan kategori Jalan Usaha Tani sangat dibutuhkan kesana.
Mengakhiri ceritanya, Maruddin juga akan sangat senang jika ada pihak lain mendonasikan pembangunan pendopo atau tempat berteduh /tempat duduk dilokasi itu, untuk pengunjung.
"Silahkan saja dicantumkan nama yang membantu, di bangunan pendopo itu. Satu lagi bang, bibit bunga dan tanaman yang berwarna-warni sangat saya butuhkan, mendudukung kenyamanan dan pakan ternak lebah ini," ucapnya, saat jurnalis medanbisnisdaily.com sudah menghidupkan mesin sepeda motornya, meninggalkan lokasi itu.