Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ketakutan akan anjloknya permintaan BBM yang mendorong rendahnya harga minyak mentah dunia kembali muncul. Di Amerika Serikat saja, harga minyak anjlok 9%, menjadi rekor terburuk sejak pertengahan Mei.
Melansir CNN, Rabu (9/9/2020), minyak turun ke level terendah pada US$ 36,13 per barel, level terlemah dalam hampir tiga bulan. Minyak mentah Brent, patokan dunia pun turun di bawah $ 40 per barel untuk pertama kalinya sejak akhir Juni.
Permintaan bahan bakar jet tetap sangat lemah karena banyak orang tidak ingin terbang selama pandemi. Sampai sekarang pun, tidak ada yang tahu pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih.
"Permintaan turun. Pasokan naik. Hukum ekonomi untuk bertahan hidup dilanggar di kedua ujung spektrum," ujar Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho Securities.
Aksi jual murah juga terjadi setelah Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, memangkas harga jual resminya ke Asia dan Amerika Serikat. Hal tersebut tentu bukan pertanda baik ketika eksportir minyak terkemuka dunia merasa harus menurunkan harga untuk menarik pembeli.
"Itu tanda peringatan yang berkedip dua kali. OPEC agak panik hari ini dengan memberikan sinyal buruk kepada komunitas energi," ungkap Yawger.
Situasi pandemi dan dengan perang harga antara Rusia dan Arab Saudi, menyebabkan harga minyak merosot musim semi ini. Harga minyak AS bahkan sempat berubah negatif untuk pertama kalinya, mencapai minus US$ 40 per barel.
Tetapi pemotongan produksi yang sempat dilakukan OPEC dan Rusia membantu memicu pemulihan berbentuk V di pasar energi. Hanya tujuh minggu setelah mencapai titik terendah, minyak mentah AS pun bisa kembali ke US$ 40 per barel.
OPEC dan Rusia pun setuju untuk perlahan-lahan meningkatkan produksi, meski di level yang sangat rendah.
Kabar baiknya lagi, permintaan bensin telah melonjak tajam. Lalu lintas jalan raya hampir pulih. Diharapkan permintaan minyak global dari penggunaan jalan raya menjadi positif dari tahun ke tahun dalam beberapa bulan mendatang.
Sejauh ini hal tersebut telah membantu mengangkat harga bensin rata-rata nasional di AS menjadi US$ 2,22 per galon, naik dari US$ 1,77 pada akhir April.
Namun, kabar buruknya adalah bahwa perjalanan masih sangat rendah, dan itu membuat permintaan bahan bakar jet sangat tertekan. Perjalanan bisnis kemungkinan tidak akan pulih sampai ada akses luas ke vaksin virus corona.
Itu sebabnya Bank of America memperingatkan dalam sebuah laporan akhir pekan lalu bahwa dibutuhkan tiga tahun untuk permintaan minyak global untuk normal kembali.
"Permintaan minyak secara global benar-benar lesu. Semua akibat rendah dari pemulihan minyak global telah terjadi," kata Michael Tran, direktur pelaksana strategi energi global di RBC Capital Markets.(dtf)