Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pabrikan pesawat Amerika Serikat, Boeing Co menyatakan bahwa mereka kemungkinan akan menunda beberapa pengiriman pesanan pesawat 787 Dreamliner. Alasannya, mereka mendeteksi ada salah produksi di beberapa komponen pesawat.
Selama pembuatan bagian pesawat stabilizer horizontal 787, beberapa komponen dijepit dengan gaya yang lebih besar dari yang ditentukan. Hal itu mengakibatkan verifikasi celah dan shimming yang tidak tepat. Boeing mengidentifikasi masalah tersebut pada Februari dan mengumumkannya pada Selasa.
Sementara itu, Administrasi Penerbangan Amerika Serikat (Federal Aviation Administration/FAA) mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya sedang menyelidiki masalah yang dihadapi Boeing. Setidaknya, mereka butuh memeriksa sekitar 900 pesawat.
"Kami sedang menyelidiki cacat produksi yang mempengaruhi beberapa pesawat jet Boeing 787. Agensi terus terlibat dengan Boeing," kata perwakilan FAA dilansir dari Reuters, Rabu (9/9/2020).
Boeing mengatakan masalah stabilizer teridentifikasi di pabrik produksi di Salt Lake City, Utah. Kini hal itu sedang diperbaiki pada pesawat yang belum dikirim. Masalah ini membuat saham Boeing turun 5,8% pada hari Selasa.
Akhir Agustus lalu, Boeing mengatakan beberapa maskapai penerbangan telah melakukan setop operasi pada 8 unit 787 Dreamliner sebagai akibat dari dua masalah manufaktur berbeda di bagian badan pesawat.
Boeing mengatakan inspeksi dari FAA akan mempengaruhi waktu 787 pengiriman dalam waktu dekat.
Di sisi lain, mereka baru saja mengamankan pesanan 737 MAX pertamanya pada tahun 2020, meskipun catatan pembatalan pesanan masih ada dan bertambah. Mereka mengatakan kehilangan 17 pesanan lagi untuk jet 737 MAX pada Agustus.
Jumlah total pesanan yang dibatalkan, termasuk di mana pembeli mengubah MAX ke model yang berbeda, menjadi 445 untuk tahun ini.
Perusahaan juga melaporkan sudah berhasil mengirimkan 13 pesawat pada Agustus, jumlahnya turun dari tahun lalu yang bisa mengirim 18 pesawat. (dtf)