Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina membuat pasar saham di tanah air tumbang. Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,81% di level 5.149,37. Kinerja IHSG terpuruk kian dalam setelah menembus level psikologis 5.200. IHSG kesulitan untuk bangkit setelah level tersebut terlewati.
Sementara itu, mata uang rupiah juga tumbang pada perdagangan hari ini. Rupiah bahkan sempat terpuruk hingga ke level 14.850/dolar AS, meskipun di sesi kedua mampu menunjukkan perlawanan dan berhasil mengurangi kerugiannya dengan ditutup di level 14.799/dolar AS. Begitupun, rupiah tetap turun dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan, perang dagang AS-Cina kembali memanas karena AS akan melarang produk-produk dari Cina untuk masuk ke AS. Salah satunya adalah produk tomat dan turunannya, serta kapas dan turunannya. Kali ini, AS beralasan dengan menggunakan UU perdagangan manusia, pekerja anak dan hak asasi manusia.
"AS menilai bahwa barang-barang yang dilarang masuk ke AS tersebut, merupakan produk yang dihasilkan dari kerja paksa muslim Uighur di wilayah Xinjiang, Cina Barat. Perang dagang ini kembali memperkeruh kondisi pasar keuangan global," katanya, Rabu (9/9/2020).
Sementara itu, Uni Eropa kembali melaporkan pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi parah. Meski demikian bursa Eropa masih mampu dibuka menguat.
Disisi lain, Rusia nantinya diyakini akan masuk dalam resesi teknikal. Pertumbuhan ekonomi Rusia kuartal kedua diperkirakan minus lebih dari 8% secara tahunan. Kinerja ekonomi di Rusia tersebut memberikan indikasi buruk setelah sejumlah negara lain juga mengalami hal yang sama.
Dari dalam negeri, penambahan jumlah kasus pasien positif Covid-19 kian mengkhawatirkan. Belakangan secara harian kenaikannya sudah mencapi 3.000-an per hari.
"Ini menjadi kabar yang tidak baik bagi pasar keuangan kita. Dan akan menjadi kabar buruk bagi kinerja indeks saham maupun kinerja mata uang rupiah ke depan. Terlebih ada kasus temuan penyakit pada uji coba vaksin relawan covid di AS," kata Gunawan.