Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan data terbaru dokter yang meninggal karena terpapar COVID-19. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari seratus dokter umum dan spesialis yang telah gugur.
"Jadi memang kalau total 114, paling banyak di Jawa Timur, data terakhir itu 29, nomor duanya Medan dua hari yang lalu sekitar 21, baru Jakarta dan daerah yang lain-lain yang kemudian menjadi perhatian bagi kita karena dari semua itu lebih dari 50% sekitar data yang kita dapatkan 55 orang adalah dokter umum sisanya spesialis," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi dalam sebuah diskusi bertajuk Penularan Bertambah Kok Perilaku Belum Berubah? yang disiarka melalui Zoom, Sabtu (12/9/2020).
Adib menuturkan, ratusan dokter yang gugur itu tidak semuanya menangani langsung pasien COVID-19. Ada beberapa dari mereka merupakan dokter yang masih melakukan praktik di area rumah sakit dan ikut terpapar.
"Ada yang secara tidak langsung menangani pasien COVID-19 karena kalau kita bicara secara langsung menangani pasien COVID berarti dia dokter yang ada di perawatan COVID, yang merawat di ruang isolasi COVID atau di ruang ICU," tuturnya.
"Tapi kita tahu dengan kondisi saat ini resiko terpapar COVID itu terjadi di hampir seluruh aspek pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para dokter. Selama kita masih praktik dan kontak ataupun kita manajemen dan kita ada di fasilitas kesehatan tersebut maka risiko terpapar itu akan ada," sambungnya.
Adib mengatakan, sebagain besar rumah sakit di Indonesia tidak didesain khusus untuk menangani virus. Untuk itu, menurut Adbib perlu ada tata kelola pada setiap ruangan di fasilitas kesehatan (faskes) rumah sakit (RS) mengingat resiko penularan di faskes sangat tinggi.
"Oleh karena itu perlu ada tata kelola ruang kita berpraktik yang tidak terlalu AC tapi kita ada exhaust, ada ventilasi, terus kemudian ruang operasi, kemudian juga ruang perawatan juga demikian, terus kemudian ada zonasi dipisahkan antara COVID dan non-COVID," imbuhnya.(dtc)