Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pengurus Pusat Perhimpunan Manager Pelayanan Kesehatan Indonesia (Permapkin), Hermawan mengatakan sebanyak 50% manager rumah sakit terpapar Corona (COVID-19). Hermawan menyebut ada juga manager rumah sakit terkenal yang positif.
"Berbicara manajemen, terutama di rumah sakit, itu banyak sekali kasus-kasus terkontaminasi para manajer pelayanan kesehatan. Bahkan ada rumah sakit yang 50%, bayangkan 50% manager kena," kata Hermawan dalam sebuah diskusi bertajuk 'Penularan Bertambah, Perilaku Kok Belum Berubah?' yang disiarkan melalui zoom, Sabtu (12/9/2020).
"Kalau 50% manager ini kena siapa yang mengoperasionalisasikan rumah sakit. Siapa yang melakukan tata kelola rumah sakit. Bahkan rumah sakit yang paling mentereng di Indonesia pun banyak yang kena dari aspek manajernya," lanjutnya.
Hermawan menuturkan terpaparnya para manager rumah sakit menggambarkan letihnya pihak manajemen dan tata kelola rumah sakit. Menurutnya, salah satu penyebab DKI melakukan rem mendadak dengan PSBB total karena kondisi tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas kesehatan (faskes) sedang tak kondusif.
"Hal ini tentu saja berkaitan dengan bagaimana lelahnya, lelah ini tidak hanya berkaitan dengan nakes tapi kelelahan dan tata kelola dan juga manajemen faskes. Nah ini yang menyebabkan pertimbangan untuk dilakukan pengereman darurat, itu bukan semata-mata dari angka epidemologis. Angka epidemologis saja sudah mengerikan,
tapi yang paling riskan itu adalah kesiapan dari nakes dan faskes," tuturnya.
Hermawan menyampaikan berdasarkan data kasus positif Corona yang mencapai angka 210 ribu lebih, Indonesia dapat dikatakan masuk dalam tahap masa kritis. Bahkan dia mengatakan jumlah orang yang terpapar COVID-19 bisa saja mencapai hingga satu juta.
"Kita sekarang ini sudah ada di angka 210 ribu angka positif yang terdeteksi. Di saat ini kita sudah menghadapi critical moment. Tetapi bayangkan kalau kasus kita menembus angka 500 ribu hingga 1 juta yang positif pada tahun ini. Karena for testing, kami sangat memungkinkan itu terjadi," ungkap dia.(dtc)