Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Berwisata naik pesawat di tengah pandemi tak lepas dari resiko. Study terbaru mengatakan, penumpang penerbangan jarak jauh lebih rentan terpapar COVID-19.
Penjelasan dari hal itu dipaparkan dalam study kasus terbaru oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Dilihat dari situs resminya, Minggu (20/9/2020), hal itu diketahui lewat beberapa kasus.
Pada awal Maret lalu, sejumlah penumpang pesawat dari total 217 orang yang terbang dari London ke Hanoi di Vietnam diketahui terpapar COVID-19 setelah menempuh perjalanan jarak jauh.
Di awal, pihak petugas kesehatan telah menanyakan perihal kondisi kesehatan pada seluruh penumpang. Namun, ada seorang wanita berumur 27 yang merahasiakan batuk dan radang tenggorokan yang dialaminya walau memiliki suhu tubuh normal.
Hanya seiring dengan berjalannya waktu, gejala yang dialami wanita itu kian bertambah. Pada akhirnya, wanita itu dinyatakan positif COVID-19 pada 6 Maret atau 5 hari setelahnya.
Upaya pelacakan ke seluruh penumpang yang ikut dalam penerbangan jarak jauh berdurasi 10 jam itu dilakukan. Ternyata, wanita itu menularkan COVID-19 ke sekitar 15 penumpang lainnya di pesawat.
Pada awal bulan Maret lalu, protokol kesehatan di pesawat memang belum seketat sekarang. Masih banyak penumpang kala itu tidak mengenakan masker.
Diketahui, 12 dari 15 penumpang pesawat yang terinfeksi adalah penumpang yang duduk di bangku bisnis tak jauh dari sang wanita. Sedangkan tiga sisanya yang terinfeksi adalah 2 penumpang di kelas ekonomi dan 1 pramugari.
Disimpulkan, bahwa kasus penularan itu terjadi akibat droplet atau aerosol yang dikeluarkan oleh sang wanita saat berbicara atau bersin. Sedangkan penumpang kelas ekonomi yang positif mungkin bersinggungan dengan permukaan yang dipegang sang wanita di bandara.
"Aturan terakhir dari dunia penerbangan menyebut perihal kemungkinan transmisi di pesawat yang rendah dan merekomendasikan penggunaan masker tanpa peningkatan physical distance berupa pengosongan bangku tengah. Temuan kami ingin mengkritik hal tersebut," tulis sang peneliti.
Menurut study lain dari peneliti MIT pada bulan Juni, mengisi bangku tengah dengan penumpang dapat meningkatkan resiko dari penularan COVID-19 di pesawat.
Oleh sebab itu, para peneliti memaksa pelaku industri dunia penerbangan agar lebih ketat menerapkan protokol kesehatan bagi para traveler. Termasuk mengecek kondisi kesehatan tiap penumpang dan staff di pesawat dan mewajibkan karantina minimal 14 hari.(dtt)