Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di awal pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan aksi jual sejak sesi perdagangan pertama. IHSG bahkan kian terpuruk di sesi kedua hingga ditutup anjlok 1,18% di level 4.999,36. IHSG lagi-lagi menembus level psikologis 5.000 yang menggirng tekanan pasar keuangan secara teknikal.
Analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan, berbagai kabar buruk di awal pekan memicu terjadinya aksi jual saham. Kabar pertama adalah muncul laporan bahwa sejumlah bank di Eropa mengelola dana-dana mencurigakan. "Hal itu memicu terjadinya penjualan saham-saham perbankan khususnya yang masuk dalam daftar bank pengelola dana itu sendiri. Laporan tersebut memicu terjadinya tekanan pada bursa di Eropa," katanya, Senin (21/9/2020).
Kabar berikutnya, masih dari Eropa, peningkatan jumlah pasien positif corona memunculkan kekhawatiran bahwa sejumlah wilayah di Eropa akan melakukan lockdown kembali. Ketiga, aksi demonstrasi di Thailand yang mengkritik Raja serta menuntut mundur PM Tahiland juga menjadi kabar tidak baik bagi pasar di ASEAN.
Keempat, kasus lonjakan corona di Myanmar juga menjadi kabar yang tidak sedap. Yangon yang menjadi salah satu kota terbesar di Myanmar memberlakukan lockdown. "Kabar tersebut memicu kekhawatiran mengingat banyak negara yang tengah mempertimbangkan kembali untuk mengunci sebagian wilayah mereka," kata Gunawan.
Namun berbeda dengan IHSG, rupiah justru masih mampu ditutup menguat di level 14.700/dolar AS. Mata uang rupiah masih akan perkasa terhadap mata uang dolar AS dalam jangka pendek. Memburuknya kinerja ekonomi di sejumlah negara di ASEAN belum memukul kinerja rupiah yang sejauh ini diuntungkan dengan program stimulus AS dalam waktu dekat ini.