Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Donald Trump versus Joe Biden bertarung di debat capres Amerika Serikat (AS), pagi ini. Sebelumnya, kedua orang ini sudah terlibat perdebatan. Ini jejaknya.
Joe Biden resmi menjadi capres AS dari Partai Demokrat sejak 19 Agustus lalu. Sedangkan Trump, sang petahana, menerima nominasi dari Partai Republik pada 27 Agustus lalu. Mereka bakal bersaing menuju Pilpres 3 November mendatang.
Berikut adalah jejak perdebatan dua pria ini:
1. Tes narkoba
Trump menyerukan agar Joe Biden tes narkoba dulu sebelum debat. Trump sudah menyampaikan ini sejak 27 Agustus lalu saat wawancara dengan Washington Examiner, dilansir AFP.
Trump ingin Biden tes narkoba karena dia curiga dengan peningkatan penampilan Biden saat pemilihan pendahuluan Partai Demokrat. "Kita akan menyerukan dilakukannya tes narkoba," ucap Trump.
Biden baru menjawab baru-baru ini saja. Dia tertawa ketika dimintai tanggapan balasan. Dia berkata soal urine, cairan untuk mengetes narkoba.
"Bila presiden berpikir situasi terbaik bagi dia dibuat dari air seni, dia dapat melakukannya," kata Biden kepada Politico, dilansir The Guardian.
2. Boneka Cina
Trump mengolok-olok Biden sebagai kiri radikal dan bonekanya Cina komunis. Dilansir BBC, Trump berulang kali menyatakan hal seperti ini.
"Cina akan menguasai negara kita jika Joe Biden terpilih. Tidak seperti Biden, saya akan meminta mereka bertanggung jawab penuh atas tragedi yang mereka timbulkan," dilansir BBC, 29 Agustus.
Memang, saat awal pengendalian COVID-19, Trump sempat ingin melarang perjalanan dari Cina dan saat itu Biden mengkritik kebijakan itu sebagai kebijakan xenofobia (anti-orang asing).
"Berhentilah menjadi pembangkit xenofobia. Jujurlah. Ambil tanggung jawab. Lakukan tugasmu," kata Joe Biden via Twitter, bereaksi atas cuita Trump soal penutupan kedatangan dari Cina untuk menangani virus Corona, 19 Maret 2020 silam.
3. Soal IQ rendah
Dilansir AFP, 29 Agustus lalu, Trump benar-benar menghina Biden. Dia menyebut Biden ber-IQ rendah.
"Saya harus kalah dari individu ber-IQ rendah. Saya tidak menginginkan itu. 'Sleepy Joe,' saya tidak menginginkannya," kata Trump, merujuk pada Biden. "Dia tidak tahu dia masih hidup," imbuhnya.
Soal IQ, sebelum Trump mengolok-olok, Biden pernah mngatakan bahwa dia belum melakukan tes untuk mengukur kemampuan kognitifnya. Saat itu, Trump menyarankan Biden agar tes dulu supaya terbukti bahwa capres 77 tahun itu tidak pikun.
"Belum, saya belum tes. Ngapain juga saya harus ikut tes?" kata Biden kepada CBS News, 5 Agustus 2020.
4. Saling menyalahkan soal demo rusuh
Demo berujung rusuh terjadi antara massa Black Lives Matter melawan pendukunt Trump terjadi di Portland, Oregon, pada Agustus lalu. Biden dan Trump saling menyalahkan.
"Trump telah mendorong kekerasan secara sembrono," kata Biden, dilansir BBC, 31 Agustus lalu.
"Dia gagal untuk meminta para pendukungnya menghentikan mencari konflik, hal yang menunjukkan betapa lemahnya dia," kata Biden via cuitan Twitter.
Dia bereaksi karena Wali Kota setempat bernama Ted Wheeler adalah orang Partai Demokrat, dihina Trump. Trump menyebut Ted Wheeler membiarkan kotanya rusuh.
"Ted Wheeler, walikota Demokrat radikal kiri edan tidak melakukan apapun di Portland," cuit Trump pada 31 Agustus.
5. Ribut soal masker
Trump mengejek cara Joe Biden memakai masker saat Biden berpidato di tengah pandemi COVID-19. Biden terlihat menggantung maskernya di telinga kiri.
"Dia menggantungnya. Karena itu memberinya perasaan aman. Jika saya seorang psikiater, benar, Anda tahu saya akan berkata: 'Orang ini punya masalah besar. Menggantung. Menggantung'," ungkap Trump dalam upaya mengejek Biden di hadapan pendukungnya, dilansir Associated Press (AP), Jumat (4/9) lalu.
Biden sendiri memang tidak secara khusus membalas ejekan Trump. Namun, Biden sebelumnya sudah mengkritik Donald Trump sebagai orang yang tak mampu mengatasi COVID-19. Biden pernah menyatakan negara bisa mewajibkan penggunaan masker meski kenyataannya sekarang, saat pemerintahan Trump, banyak orang ogah memakai masker.
"Tim hukum kami berpikir saya bisa melakukan itu (mewajibkan penggunaan masker di seluruh negara) berdasarkan derajat krisis di negara-negara yang bersangkutan," kata Biden, dilansir ABC News, 17 September 2020.
6. Politisasi vaksin COVID-19 jelang kampanye
Biden mensinyalir Trump bakal mengedarkan vaksi COVID-19 jelang Pilpres AS 2020, yakni 3 November nanti. Distribusi vaksin dinilai bakal dipolitisir oleh Trump supaya menguntungkan elektabilitasnya di Pilpres.
"Tebakan saya (Trump) akan mengumumkan satu vaksin, dia akan mengatakan vaksin akan tersedia sekitar hari Pemilu. Dia mau bikin sensasi," kata Biden, dilansir ABC News pada berita Kamis (17/9).
Memang benar, Trump mengatakan demikian saat diwawancarai oleh Fox & Friends. Biden protes dengan menyatakan rakyat AS tidak bisa membiarkan politik mengintervensi kebijakan soal vaksin.
7. Soal perubahan iklim
Biden menyerang Trump dengan menyebut sang petahana sebagai perusak iklim. Bila situasi dibiarkan, maka bencana akan lebih besar terjadi.
"Kita membutuhkan seorang presiden yang menghormati ilmu pengetahuan, yang paham bahwa dampak perubahan iklim sudah ada di sini, dan, jika kita tidak mengambil tindakan darurat, itu akan menjadi bencana yang lebih besar," ujar Biden di Delaware, dilansir AFP via DW, Selasa (15/9).
Trump sendiri bersikukuh bahwa perubahan iklim terjadi bukan karena perubahan iklim seperti yang dikatakan ilmuwan. Dia yakin kebakaran hutan terjadi karena buruknya pengelolaan hutan dan pejabat yang lalai.
Kepala Badan Sumber Daya Alam California, Wade Crowfoot, mendesak Trump untuk mengakui bahwa perubahan iklim turut andil dalam penyebab kebakaran alih-alih menyalahkan buruknya pengelolaan hutan. Crowfoot juga menekankan perlunya "bekerja sama dengan ilmu pengetahuan."
"Saya rasa ilmu pengetahuan sebenarnya tidak tahu," kata Trump.(dtc)