Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Bobby Nasution nampaknya mulai kesal dengan anggapan sebagian kalangan bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman, sehingga tidak layak menjadi Wali Kota Medan. Padahal, menantu Presiden Jokowi itu memiliki pendidikan sampai jenjang magister atau S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Kalau lah anak muda dan pendidikannya tidak diakui, mending kita tanya kepada orang tua, senior. Maaf pilih mana kira-kira anaknya lulus SMP, SMA langsung kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi? Semua jawab berpendidikan, SMP lanjut SMA, setelah itu kalau bisa kuliah barulah mencari pekerjaan," kata Bobby saat bersilaturahmi dengan warga di kediaman politikus senior Partai Golkar, Sabar Sitepu, Jalan Rawa Cangkuk III, Medan Denai, Kamis (1/10/2020).
Menurut calon Wali Kota Medan nomor urut 2 ini, apabila setelah lulus SMP atau SMA bisa bekerja menjadi ASN, maka tidak perlu melanjutkan pendidikan sampai S1 atau S2.
"Lulusan SD boleh, lulusan SMP boleh, buat aja begitu, biar tamat SD bisa belajar jadi wali kota, lulusan SMP juga bisa jadi wali kota," cetusnya.
Apabila pendidikan tidak lagi diakui, ia mengusulkan agar perguruan tinggi/universitas ditutup saja. "Jadi kalau memang gak ada guna pendidikan ini, kita usulkan bubarkan saja universitas seluruh indonesia. Kalau memang pendidikan dirasa tidak berguna membangun kota, itulah saya bilang pengalaman," ketusnya.
Selanjutnya, Bobby menganalogikan ketika dia berbicara tentang nasib UMKM di Kota Medan saat krisis moneter di tahun 1998.
"Saya bicara tentang UMKM, kebetulan ada pedagang di sini. Bercerita tentang pandemi Covid-19, krisis kesehatan berlanjut ke krisis ekonomi. Saya bercerita sedikit tentang krisis ekonomi 1998, itu tidak kena ke UMKM ya pak, kalau cerita itu percaya gak, waktu 1998 umur saya mash 7 tahun, percaya gak?," tanya dia.
Seharusnya, lanjut Bobby, orang tidak akan percaya ketika dirinya bicara tentang nasib pelaku UMKM di tahun 1998. Sebab, saat itu usianya masih 7 tahun.
Pengalaman diakui Bobby bisa diambil dan dipelajari dari mana saja. Bahkan, pengalaman orang lain bisa dijadikan pelajaran untuk diri sendiri.
"Saya belajar dari pengalamam bagaimana Bupati Banyuwangi, itu pengalaman mereka bisa dijadikan pelajaran, dan bisa jadi pengalaman buat kita. Itu harusnya ilmu yag bisa dibawa diterapkan pejabat di Medan ini, itu pengalaman yang harus diterapkan," tuturnya.
Pasangan Bobby Nasution-Aulia Rachman memang kerap disebut tidak berpengalaman. Sehingga dianggap tidak mampu memimpin Kota Medan. Keduanya tergolong baru terjun ke dunia politik.
Berbeda dengan rivalnya pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan nomor urut 1, Akhyar Nasution - Salman Alfarisi. Sejak 2015 Akhyar Nasution menjabat Wakil Wali Kota Medan, setahun terakhir Akhyar malah ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan. Sebelumnya Akhyar juga pernah menjadi anggota DPRD Medan dari PDIP.
Sementara itu Salman Alfarisi merupakan anggota DPRD Medan dua periode. Pada Pemilu 2019, Salman terpilih menjadi anggota DPRD Sumut. Bahkan PKS saat ini memberikan kepercayaan kepada Salman untuk mengemban jabatan Wakil Ketua DPRD Sumut.
Keputusan Salman mengikuti kontestasi Pilkada Medan membuatnya harus rela melepas jabatan sebagai pimpinan DPRD Sumut.