Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
PRIA ini merupakan sosok termuda peserta Pilkada Labuhanbatu 2020, yang digealr pada 9 Desember 2020. Namun walau berusia muda, tidak serta merta rekam jejak dan pengalamannya dipandang sebelah mata. Pengalamannnya berkarier di sekitar pusat kekuasaan, bahkan diklaim menjadi salah satu keunggulannya. Menjadi modal berharga yang dapat digunakan untuk menembus rumitnya birokrasi di pemerintah pusat.
Sebelum penetapan pasangan calon, pria bernama lengkap Irwan Indra ini mengaku banyak dihubungi oleh calon peserta Pilkada lainnya. Namun karena alasan kecocokan, dia akhirnya memutuskan ikut bersama Suhari Pane, yang memilih maju dari jalur perseorangan.
"Kami berdua memiliki kesamaan ide tentang memajukan daerah ini. Saya yakin, kami akan solid dan saling melengkapi jika terpilih untuk memimpin," ujarnya memberi alasan terhadap pilihannya.
Di masyarakat umum, nama pria kelahiran Aek Nabara, 13 Oktober 1984 ini, mungkin belum dikenal secara luas. Penyebabnya mungkin karena kariernya dihabiskan di luar daerah. Namun seperti pengakuannya di atas, di kalangan elite lokal, namanya cukup dikenal dan diperhitungkan.
"Sayalah yang melobi pemerintah pusat untuk melakukan peletakan batu pertama Bandara Aek Nabara kemarin," sebut pria yang terakhir merupakan tenaga ahli di Kementerian Pemuda dan Olahraga ini.
Berbincang dengan medanbisnisdaily.com di penghujung September lalu, dia mengatakan bahwa setelah lulus kuliah dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2010, dia memang memutuskan untuk merintis kariernya di Pulau Jawa. Bersama beberapa teman-temannya di Yogyakarta, mereka mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di pengadaan barang dan jasa, yang diberi nama Semar Co. Selain mengurusi Semar Co, dia juga aktif di sebuah lembaga yang bernama 'Character Building Foundation'. Dan keduanya diakui masih eksis sampai saat ini.
Sebelum itu, saat masih duduk di bangku kuliah, pria yang akrab dipanggil Irwan ini, juga aktif di kepengurusan KNPI Provinsi Yogyakarta. Jabatannya ketika itu adalah Ketua Bidang Pengembangan Pemuda. Saat aktif di KNPI Yogyakarta inilah dia mengaku dilirik oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, yang ketika itu (2007) dijabat oleh Adyaksa Dault.
Saat itu, katanya, Adyaksa Dault ingin membuat sebuah lembaga kepemudaan sejenis KNPI yang bersifat sebagai penyeimbang.
"KNPI ini kan gak punya pesaing, jadi Pak Adyaksa Dault ingin membentuk sebuah organisasi tempat berkumpulnya OKP-OKP, sebagai penyeimbang. Agar tumbuh iklim berkompetisi, yang tujuannya memacu daya saing Organisasi pemuda," jelasnya.
Lalu Adyaksa Dault kemudian membentuk KAPMEPI atau Kader Pengembang Moral Etika Pemuda Indonesia, dan dia mengaku dilibatkan di kepengurusan pusat. Ketika itu dirinya dipercaya menjadi ketua III. Namun sayangnya KAPMEPI tidak berumur panjang. Alasannya, kata Irwan ialah karena kebiasaan di Indonesia, dimana berganti menteri maka berganti kebijakan.
"Setelah Adyaksa, di masa Andi Mallarangeng yang jadi Menpora. Kapmepi pun berubah namanya.. kemudian di masa Roy Suryo malah menjadi vakum.. Atas dasar itulah makanya kemudian kami membentuk KOPI (Kolaborasi Pemuda Indonesia) yang eksis sampai sekarang," bebernya.
Kiprahnya itu, ternyata membuat Irwan menjadi dikenal di sekitar pusat kekuasaan. Ia kemudian ditarik menjadi tenaga ahli di komisi X DPR RI. Komisi yang mengurusi masalah Pendidikan, Olahraga, Pariwisata dan Industri Kreatif. Lalu beberapa saat berkiprah di Komisi X, pria yang sebentar lagi genap berusia 36 tahun ini, selanjutnya ditarik oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, untuk menjadi tenaga ahli di Kementerian tersebut.
Merasa punya pengalaman yang cukup berkiprah di pemerintahan pusat, Irwan kemudian memutuskan untuk ikut bertarung di Pilkada 2020. "Saya pulang kampung, bukan karena saya tidak laku lagi di Jakarta, Ya.. Tapi lebih karena panggilan hati untuk memajukan tanah kelahiran," katanya memberi alasan keikutsertaan nya dalam kontestasi Pilkada.
Selain itu, jelasnya, secara materi penghasilannya di Jakarta lebih dari cukup untuk dapat hidup secara makmur. Bahkan, mungkin saja bisa lebih besar dari penghasilan resmi seorang wakil bupati.
"Honor menjadi narasumber saja, sekali ngisi dapat Rp 3 juta, bayangkan jika saya bisa mengunjungi 500-1000 desa dalam setahun, berarti kan bisa mencapai Rp 3 miliar setahun. Itu masih dari honor menjadi narasumber ya.. Belum dari gaji, tunjangan, biaya perjalanan dinas, dan lain sebagainya..dan itu resmi lho," paparnya
Namun sekali lagi, ayah 4 anak ini menegaskan bahwa keputusannya ikut Pilkada Labuhanbatu merupakan wujud pengabdian dirinya dalam rangka 'Marsipature Hutanabe'.
"Saya sudah banyak berkeliling daerah maupun berkeliling dunia dan banyak melihat hal-hal baru, oleh karena itu saya sudah memikirkan dan memiliki konsep untuk memajukan daerah ini," tambahnya
Selain itu, dengan pengalamannya selama dekat dengan pemerintahan pusat, bahwa jika terpilih, maka dia yakin bisa mengupayakan pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) semaksimal mungkin untuk mempercepat pembangunan di Labuhanbatu. Ditambah lagi, ia merupakan lulusan UGM, dimana tampuk kekuasaan sekarang ini sedang dipegang oleh 'UGM Connection'. "Sebagai lulusan UGM, mudah-mudahan saya bisa menembus pusat kekuasaan," imbuhnya.
Irwan menilai bahwa salah satu kelemahan Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu yang ada selama ini adalah ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan DAU dan DAK secara maksimal.
"Padahal pemerintah pusat, seringkali bingung untuk menyalurkan APBN yang Rp 1.200 triliun itu. Namun untuk mendapatkan DAU dan DAK itu, pemerintah daerah juga harus meminta, harus dijoloklah istilahnya..Karena itu perlu upaya yang benar untuk mendapatkannya, termasuk kemampuan nonteknis seperti lobi dan kedekatan," bebernya.
Nah, dengan semua pengalaman dan relasinya di sekitar pusat kekuasaan, Irwan memutuskan pulang kampung, menjadi kontestan Pilkada. Coba mengajarkan kepada masyarakat agar meninggalkan pola lama, karena terbukti tidak membawa kemajuan. Termasuk meminta untuk tidak memilih pemimpin yang mengandalkan politik uang.
Menurutnya pemimpin yang terpilih karena politik uang, cenderung tidak berorientasi terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Pemimpin seperti itu juga dipastikannya akan cenderung korup di masa yang akan datang, karena berupaya mengembalikan uangnya yang telah digelontorkan. "Itulah penyebab banyak pemimpin yang ditangkap KPK, termasuk Labuhanbatu ini," katanya.
Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk dewasa dalam menentukan pilihan, memilih berdasarkan kualitas dan integritasnya. Selain itu dia juga memastikan bahwa pihaknya (Suhari - Irwan) memiliki konsep dan program pembangunan yang jelas, yang dijanjikannya akan membawa kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat Labuhanbatu.