Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PT Bio Farma (Persero) sebagai induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor farmasi keroyokan memproduksi obat untuk penanganan Corona (COVID-19). Melalui dua anggotanya yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk, mereka memproduksi obat yang siap untuk digunakan.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan saat ini Indofarma sedang bersiap memasarkan obat anti-Corona Remdesivir dengan nama dagang Desrem™. Obat itu diproduksi Mylan Laboratories Limited, atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.
"Produk yang akan kami pasarkan dalam waktu dekat adalah Desrem™ Remdesivir Inj 100mg, yang telah mendapatkan persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia dan telah disetujui oleh BPOM melalui penerbitan Nomor Izin Edar yang sudah diterbitkan pada tanggal 30 September 2020. Desrem™ Remdesivir Inj 100mg akan mulai dipasarkan pekan depan, merupakan obat yang digunakan untuk penggunaan pada pasien rawat inap COVID-19 dalam kondisi sedang-berat," kata Arief dalam keterangan resmi yang dikutip, Senin (5/10/2020).
Untuk ketersediaan stok bulan ini, sudah ada sebanyak +/- 400.000 vial dengan harga yang disebut akan terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan catatan, harga Desrem Remdesivir besutan Indofarma dijual di bawah harga Rp 2 juta per vial.
Selain itu, produk lain yang dijual adalah Oseltamivir 75gr Caps yang merupakan antiviral unggulan yang saat ini telah menjadi rujukan sebagai protokol pengobatan COVID-19 di berbagai rumah sakit. Oseltamivir 75 gr Caps merupakan produk yang telah memiliki sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri senilai 40.06%, telah diproduksi sendiri oleh Indofarma dengan kapasitas produksi sebesar 4.9 juta Capsul per-bulan, sehingga diharapkan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Selain obat-obatan, Indofarma juga telah memproduksi alat kesehatan seperti Medical Face Mask 3Play (Inamask), Hand Sanitizer (Clind), Rapid Test (Smart Diagnostic Covid19) hingga Mobile Diagnostic Real Time PCR, Produk Isolation Transport hingga Virus
Transport Media (VTM).
Sedangkan saudaranya, Kimia Farma juga telah memproduksi obat untuk penanganan COVID-19 yaitu Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi COVID-19. Selain itu, Kimia Farma dan anak usahanya, PT Phapros, Tbk, telah berhasil memproduksi beberapa obat untuk penanganan COVID-19 antara lain Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin, Favipiravir, Dexamethasone, dan Methylprednisolon.
Kimia Farma juga memproduksi beberapa multivitamin penambah daya tahan tubuh seperti Vitamin C (tablet dan injeksi), Becefort, Fituno dan Geriavita sebagai tambahan produk untuk menjaga daya tahan tubuh.
Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan jenis obat Favipiravir yang dipergunakan untuk terapi COVID-19 sudah dapat diproduksi sendiri oleh Kimia Farma dan merupakan produk pertama di Indonesia yang dikembangkan sendiri oleh BUMN dan telah mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta akan didistribusikan ke seluruh layanan kesehatan sesuai dengan regulasi pemerintah.
Selain obat-obatan dan multivitamin, Kimia Farma melalui jaringan ritelnya juga mendistribusikan alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, serta melakukan layanan pemeriksaan yaitu Rapid Test yang hasil produksi Kimia Farma sendiri.
Sedangkan Bio Farma sebagai induk Holding BUMN Farmasi, memiliki tugas untuk pengadaan vaksin COVID-19 yang merupakan hasil kolaborasi dengan Sinovac, di mana saat ini masih dalam tahap uji klinis di Bandung. Sampai dengan akhir September 2020, terdapat 1.319 relawan sudah mendapatkan suntikan pertama, 656 relawan sudah mendapatkan suntikan kedua, dan 244 relawan dalam tahap pengambilan darah pasca suntikan kedua. Hingga saat ini belum ada dilaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat vaksin atau vaksinasi.(dtf)