Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Singapura menawarkan pembayaran satu kali untuk mendorong warganya agar memiliki anak di tengah keberlangsungan pandemi virus corona.
Pemerintah setempat khawatir bahwa warga negaranya menunda untuk memiliki anak karena permasalahan terkait tekanan finansial dan PHK.
Rincian jumlah yang akan dibayarkan belum dirilis sejauh ini. Kebijakan ini merupakan tambahan dari berbagai bonus finansial yang signifikan yang telah ditawarkan oleh pemerintah untuk kelahiran anak.
Singapura memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, dan negara itu telah mengupayakan untuk meningkatkan angka tersebut selama beberapa dekade terakhir.
Hal itu sangat kontras dengan beberapa tetangganya seperti Indonesia dan Filipina, yang menghadapi kemungkinan lonjakan besar tingkat kehamilan akibat lockdown virus corona.
"Kami telah menerima umpan balik bahwa Covid-19 telah menyebabkan sebagian orang yang ingin memiliki anak menunda rencana menjadi orang tua," kata Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat pada hari Senin (05/10).
Heng mengatakan rincian lebih lanjut tentang jumlah dan bagaimana mereka akan dibayar akan diumumkan di kemudian hari.
Kebun di Singapura, Covid-19, pariwisata
Pemerintah Singapura menawarkan berbagai insentif keuangan kepada warganya selama pandemi, termasuk bonus memiliki anak dan voucher jalan-jalan mengunjungi tempat wisata dalam negeri. (EPA)
Sistem bonus bayi Singapura saat ini memberikan tunjangan hingga S$10.000, atau sekitar Rp108 juta, kepada orang tua yang memenuhi syarat.
Tingkat kesuburan Singapura menyentuh level terendah dalam delapan tahun pada 2018, menurut data pemerintah, yakni pada tingkat 1,14 kelahiran per perempuan.
Banyak negara Asia menghadapi masalah serupa tentang penurunan tingkat kesuburan, dan hal itu dapat memburuk selama pandemi.
Awal tahun ini, angka kelahiran di China turun ke level terendah sejak pembentukan Republik Rakyat China 70 tahun lalu. Ini terjadi meskipun ada pelonggaran kebijakan satu anak yang banyak dikritik.
Namun, beberapa tetangga Singapura menghadapi masalah sebaliknya.
Di Filipina, kehamilan yang tidak diinginkan diperkirakan akan melonjak hampir setengah menjadi 2,6 juta jika pembatasan pergerakan yang disebabkan Covid-19 tetap ada hingga akhir tahun, menurut Dana Populasi PBB.
"Angka-angka ini sendiri sudah menjadi epidemi," kata Aimee Santos, juru bicara badan PBB di Filipina, bulan lalu.
Filipina memiliki penduduk tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan 108,4 juta. Negara tersebut tercatat sebagai salah satu negara yang paling terdampak pandemi di kawasan Asia Tenggara dengan lebih dari 307.000 kasus.
"Masalah perempuan dan anak-anak ini sebagian besar tetap tidak terlihat selama pandemi. Sudah waktunya untuk menempatkan mereka di depan dan di tengah," kata Senator Risa Hontiveros, ketua komite urusan perempuan di Senat, bulan lalu.
Dia telah mendukung seruan agar terdapat lebih banyak perempuan masuk di gugus tugas negara melawan pandemi virus corona. dtc