Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Kepala Departemen Koinonia HKBP, Pdt Martonggo Sitinjak, mengemukakan, dalam memajukan industri pariwisata Danau Toba dalam konteks partispasi masyarakat, salah satu yang harus dilakukan adalah membangun roh keseimbangan yakni "dalihan natolu".
"Membangun sadar wisata secara komprehensif (menyeluruh) menjadi keharusan untuk memajukan wisata Danau Toba," ungkap Pdt Martonggo Sitinjak, sebagai salah satu pembicara pada diskusi virtual bertajuk Pengembangan Destinasi Danau Toba Berbasis Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat, yang diprakarsai Akademi Pariwisata ULCLA Tarutung, Sabtu (10/10/2020).
"Kerja sama membangun sadar wisata tidaklah gampang. Dalam kerangka membangunnya secara komprehensif, dibutuhkan peran tiga elemen penting, yakni, pemerintah, tokoh adat dan gereja," tandasnya.
Martonggo mengemukakan, dua hal yang membuat turis tidak akan betah di suatu tempat, yaitu jika tidak nyaman dan tidak bersih.
"Soal nyaman, kita harus mempercepat nilai kejujuran di tengah masyarakat. Bersih, mungkin dari segi makanan dan tempat,"serunya.
Calon kuat Ephorus pada Sinode Godang HKBP mendatang itu menegaskan, di kawasan Danau Toba berdiri mayoritas bangunan gereja.
"Di sini, peran gereja sangat penting dalam mengubah mindset masyarakat," imbuhnya.
Ia menyebutkan, tiga sorotan utama di Danau Toba, yakni wisata religius, dimana danau dikelilingi orang orang beriman (gereja), sisata budaya, di dalamnya ada budaya Toba, Karo, Simalungun, Pakpak/Dairi dan wisata alam.
"Hospitality masyarakat di Danau Toba sangat beda dengan hospitality masyarakat Bali. Maka, pendekatan harus dengan sejumlah aspek sejarah dan budaya," tandasnya, pada diskusi yang dihadiri para stake holder pariwisata pusat, BPODT dan pihak Pemprovsu, yang dipandu moderator Frans Meroga Panggabean,
Dewan Pembina Akademi Pariwisata ULCLA Tarutung.
Sebelumnya, staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Dr Frans Teguh menjelaskan, membangun industri pariwisata di Danau Toba tidak hanya membutuhkan pekerja, melainkan harus memiliki jiwa entrepreneur dan kreasi.
"Sebab ekosistem pariwisata harus menciptakan pengalaman yang otentik. Tantangannya, bagaimana menjadikan masyarakat memiliki kompetensi melayani. Ini persoalan kultur dan harus mengubahnya dengan paradigma, 'melayani orang lain'" kata Frans Teguh.
Langkah yang harus dilakukan kata Frans, mendorong dan memastikan SDM yang unggul, kemampuan kapasitas literasi dan kebutuhan digital. Memastikan SDM berkapasitas superior yang akan linier dengan pengembangan serta memastikan wirausaha-wirausaha yang ada menjadi start-up untuk mendapatkan bisnis model dari seluruh rangkaian aktifitas di pusaran industri pariwisata Danau Toba.