Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SEBAGAI anak tunggal, konotasi manja ternyata tidak berlaku dalam kehidupan pria ini. Berkebalikan 180 derajat, jenis kehidupan yang dipilihnya malah yang mewajibkan disiplin tinggi, serta fisik yang prima, sebagai bagian syarat utamanya. Karena itu tak berlebihan rasanya jika menganggap pria ini merupakan cerminan dari pepatah: Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Yang terjemahan bebasnya kurang lebih berarti, karakter seorang anak, merupakan warisan dari karakter orang tuanya.
Terlahir sebagai anak dari prajurit TNI, membuat pria yang bernama Tommy Marselino Joostensz ini, sudah jatuh cinta dengan segala yang berbau militer sejak masih kecil. Karena itu tekadnya tumbuh besar untuk mengikuti jejak ayahnya.
"Sebagai anak dari seorang prajurit, keseharian saya tentu selalu bersentuhan dengan kehidupan militer, mungkin karena itulah, maka sejak kecil minat saya terhadap dunia militer, tumbuh dengan subur," jelasnya memberi gambaran.
Mungkin disebabkan karena anak tunggal, ibunya melarang Tommy untuk mengikuti jejak ayahnya. "Awal-awalnya ibu menentang dan melarang saya menjadi tentara, karena merasa tak rela jika saya akan tersiksa dengan kehidupan militer yang keras," ujar lajang yang akrab dipanggil Tommy ini.
Alih-alih menuruti permintaan ibunya, selepas tamat sekolah lanjutan atas, Tommy malah mendaftarkan diribmenjadi seorang prajurit TNI. Alhasil, pada tahun 2009, pria kelahiran Denpasar 27 Maret 1990, berhasil lulus masuk ke Akademi Militer.
Bermodal tekad yang kuat, Tommy berhasil menjalani 4 tahun tempaan fisik yang keras serta tuntutan mental yang berat, sebagai seorang taruna Angkatan Darat. Hingga akhirnya, pada Juli 2013, ia menjadi salah satu dari 735 orang yang dilantik Presiden SBY, resmi menjadi perwira pertama TNI/Polri.
"Syukur rasanya bisa mewujudkan cita-cita saya, meski awalnya sempat dilarang, namun ibu akhirnya merestui saya, untuk menjadi seorang prajurit TNI," katanya ketika berbincang dengan medanbisnisdaily.com.
Selepas dari pendidikan di Magelang, putra dari pasangan Thomas Gabriel Joostensz dan Barudiana ini, mendapatkan penempatan pertamanya di Batalyon Infanteri (Yonif) 126/Kala Cakti, tepatnya di Kompi Senapan B yang bermarkas di Damuli, Sumatera Utara.
Ketika itu, sarjana terapan pertahanan ini, ditunjuk sebagai seorang Komandan Peleton (Danton) di Kompi tersebut. 3 tahun lamanya ia dipercaya memimpin satuan yang terdiri dari 33 orang prajurit tersebut.
Lalu di tahun 2016, selepas dari Damuli, Tommy kemudian ditugaskan sebagai Perwira Seksi Personel (Pasipers) Batalyon Yonif 126/KC yang berkedudukan di Markas Batalyon. Itu artinya ia harus pindah sejauh 70 Km dari markas sebelumnya ke markas Yonif 126/KC yang saat itu masih berada di Kisaran, Asahan.
Perpindahan ini menjadi pengalaman pertamanya. Namun sebagai seorang perwira militer, Tommy tentunya menyadari bahwa dirinya terikat sumpah prajurit, dan harus siap untuk ditempatkan di manapun.
Selain perpindahan, pengalaman pertama lainnya, pun didapatkan Tommy di tahun yang sama. Saat itu untuk pertama kalinya, Tommy mendapatkan kenaikan pangkat dalam karier militernya. Pangkat letnan dua yang telah disandangnya sejak tahun 2013, akhirnya resmi berganti menjadi letnan satu infanteri sejak tahun 2016.
Dua tahun lamanya, Tommy menjabat sebagai Pasi Pers di Yonif 126/KC. Setelah itu, ia kemudian diterjunkan ke Provinsi Papua. Dilibatkan menjadi anggota satuan tugas (Satgas) penjaga keamanan perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Nugini (Pamtas RI-PNG) pada 2018. Disana Tommy ditugaskan sebagai seorang Pasi Intel.
"Saya merasa senang ketika ditugaskan menjadi bagian Satgas Pamtas. Rasanya ada kebanggaan tersendiri, bisa terlibat dalam suatu tugas negara, menjaga kehormatan negara," ujar pria berdarah Manado-Ambon bercampur Bali tersebut.
Selama setahun ditempatkan di daerah yang rentan gangguan keamanan tersebut, Tommy dinilai berhasil dalam menjalankan tugas. Kemudian sebagai ganjarannya, pria ramah ini lalu dipromosikan menjadi salah satu komandan kompi di Yonif 126/KC. Tepatnya di kompi senapan C, yang markasnya berkedudukan di Rantauprapat.
Terhitung telah berjalan setahun kiprahnya di Ibukota Kabupaten Labuhanbatu tersebut. Dan sampai sejauh ini, tugasnya memimpin satuan yang berkekuatan 91 prajurit tersebut, dapat dikatakan berjalan dengan baik. Selain itu, berdasarkan amatan medanbisnisdaily.com, hubungan yang dibangunnya dengan masyarakat juga dapat dikatakan berhasil.
Karena tak bisa dipungkiri bahwa Tommy merupakan pribadi yang ramah dan terbuka terhadap siapa saja. Ia sering terlihat tak sungkan berbaur dengan masyarakat awam, meski statusnya merupakan seorang perwira militer. Tak ada kesan sombong dan kesan gatang yang tercermin dalam sikapnya. Santuy.. Istilah kekinian yang tepat untuk menggambarkan pribadi Tommy.
Selain itu, pernah dalam suatu kesempatan, Tommy berkata, "Saya merasa istimewa ketika bisa bermanfaat bagi orang lain".
Sebuah perkataan yang mencerminkan sikap bijaksana tentang tujuan hidup yang sesungguhnya.
Namun, seperti kita ketahui, Tommy masih merupakan anak muda yang masa dinas dan pengalaman bertugasnya masih minim. Kualitas kebijaksanaan Tommy tentu masih harus diuji. Namun jika sikap rendah hati tetap bisa dijaganya, tujuan hidup yang mulia diatas, niscaya akan dapat diraihnya. Kuncinya ada di tangan Tommy sendiri.