Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia yang diluncurkan pada hari Rabu (28/10/2020), diharapkan mampu menekan penyebaran virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia. Dibutuhkan dukungan dari seluruh kalangan masyarakat agar alat rapid test antigen dapat diakses dengan biaya yang terjangkau.
Hal itu terungkap dalam webinar peluncuran Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia dengan tema Jalan Menuju Pandemi Terkendali, Rabu (28/10/2020). Hadir sebagai narasumber Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo; Natalia Soebagjo dari Gerakan Solidaritas; Pandu Riono, ahli wabah—juga inisiator Gerakan Solidaritas; dan Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bio-informatika (PRBMB) Universitas Padjadjaran, Muhammad Yusuf.
Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen bertujuan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam membantu menekan biaya alat tes antigen. Sehingga dengan demikian, pelaksanaan tes massal melalui metode tes antigen dapat lebih optimal, lebih akurat dan lebih masif dalam menekan penyebaran COVID-19.
Tes antigen merupakan tes diagnostik cepat COVID-19 yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen virus COVID-19 pada sampel yang berasal dari saluran pernapasan.
Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan, organisasi kesehatan dunia (World Health Organization-WHO) telah merekomendasikan penggunaan rapid test antigen dalam mengetahui keberadaan virus Corona pada seseorang. WHO juga akan menyediakan sekitar 120 juta unit alat rapid test antigen untuk negara miskin dan menengah.
Doni Monardo mengatakan, Indonesia telah mampu memproduksi sendiri rapid test antigen. "Indonesia telah mampu memproduksi rapid test antigen. Produksi rapid test antigen ini murni karya anak bangsa. Seperti arahan Bapak Presiden Jokowi yaitu memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri dalam menghadapi wabah COVID-19," ujarnya.
Pemerintah, ujarnya, memberikan apresiasi terhadap Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, yang mengajak seluruh elemen masyarakat berkontribusi untuk mengganti biaya produksi rapid test antigen sehingga dapat diperoleh secara murah. Rapid test antigen ini akan disalurkan secara gratis ke pihak-pihak dan golongan masyarakat yang membutuhkan.
"Saya sangat mendukung gerakan ini dan semoga semakin banyak pihak yang berpartisipasi. Melalui gerakan ini, kita telah menjadi bagian dalam gerakan pengendalian wabah COVID-19," ujarnya.
Salah seorang Inisiator Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, Natalia Soebagjo, mengatakan, tingkat testing di Indonesia masih sangat rendah, yakni sekitar 16.000 testing per 1 juta penduduk. Salah satu kendalanya adalah masalah biaya.
Pihaknya mendorong agar tes antigen atau juga dikenal dengan rapid test antigen dapat dilakukan secara masif karena hasilnya lebih akurat dan dapat diketahui dengan cepat hasilnya. Pihaknya mengajak masyarakat untuk untuk turut mendukung tes antigen ini agar biaya yang dibutuhkan dapat lebih terjangkau. Sehingga dengan demikian dapat mengatasi penyebaran virus Corona di masyarakat.
Natalia juga meminta masyarakat untuk tetap mematuhi 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan.
Sementara inisiator lainnya, dr Pandu Riono, mengatakan, bahwa masih tingginya penyebaran virus ini disebabkan beberapa faktor, seperti rendahnya pelaksanaan tes dan hasil testing yang terlambat.
"Hasil testing yang terlambat sangat merugikan dalam mengendalikan pandemi. Mulai dari swab, diagnosis hingga mengetahui hasilnya ada jeda waktu. Padahal semakin lama jeda waktu maka akan semakin rendah efektivitas dan efisiensi tes tersebut. Virus tersebut sudah lebih dulu menyebar," ujarnya.
Pandu mengatakan, kehadiran tes antigen dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Antigen swab test dapat memberikan hasil yang jauh lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi dengan waktu yang jauh lebih singkat dari tes PCR. Hasil pengujian menunjukkan butuh waktu sekitar 1 jam untuk memperoleh hasil tes antigen.
Pandu mengatakan, perlu ada perubahan strategi untuk menekan penyebaran pandemi ini. Di antaranya dengan menerapkan tes anti gen secara masif dan penerapan protokol kesehatan secara disiplin dan ketat seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Sementara Universitas Padjadjaran turut mengembangkan alat rapid test antigen yang dinamakan Deteksi CePAD. Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bio-informatika (PRBMB) Universitas Padjadjaran, Muhammad Yusuf, mengatakan, pihaknya saat ini telah mengurus surat izin edar dari Kementerian Kesehatan. Dalam pengembangan ini, Unpad juga bekerjasama dengan PT Tekad Mandiri Citra (TMC).