Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Mendagri Tito Karnavian mengatakan penanganan pandemi COVID-19 harus mempertimbangkan aspek multidimensi, yaitu dari aspek kesehatan, ekonomi dan politik. Sebab menurutnya harus ada rumusan keseimbangan agar menjaga angka penularan dan ekonomi tak lesu.
"Tertekannya ekonomi akan membuat bertambahnya pengangguran, penduduk miskin, dan yang lain. Sebaliknya, kalau mengutamakan menyelamatkan ekonomi, maka akan mengorbankan kesehatan publik, yang merupakan masalah kemanusiaan," ucap dalam acara talkshow 'Anak Muda Bawa Perubahan' yang disiarkan di YouTUbe BNPB Indonesia.
Oleh karena itu, Tito mengatakan kedua aspek tersebut harus diselamatkan, dimana masalah kesehatan tetap menjadi prioritas utama, sedangkan ekonomi juga harus tetap bertahan. Untuk itu harus dicari rumus agar menyeimbangkan kesehatan dan ekonomi dalam penanganan COVID-19.
"Tidak berarti kita mematikan ekonomi. Ekonomi juga harus tetap bisa survive, meskipun tertekan. Oleh karena itu, harus dicari rumusan balancing, rumusan keseimbangan menyelamatkan kedua-duanya. Kesehatan bisa terkendali, tertangani penularan bisa dalam kontrol, tapi ekonominya juga tetap bisa survive. Itulah yang menjadi tantangan dari dari para pengambil kebijakan," kata Tito.
Pandemi COVID-19 tak hanya mempertimbangkan kajian dari bidang kesehatan saja, tetapi juga melihat aspek dampak ekonomi, sosial, politik dan keamanan.
"Katakan lah teman-teman di bidang kesehatan, epidemolog kesehatan publik, hanya black and white mengatur atau ingin mengendalikan penularan COVID-19 tanpa melihat aspek dimensi ekonomi, sosial politik dan keamanan," ujarnya.
"Demikian juga rekan-rekan yang memahami atau bekerja di bidang ekonomi tidak cukup hanya ilmu ekonominya saja menangani pandemi ini, tapi juga harus mulai belajar juga masalah kesehatan, memahami tentang prinsip virologi virus COVID-19 apa kelebihan, kelemahannya, bagaimana cara mengatasinya baik pencegahan maupun treatment," ungkapnya.
Lebih lanjut, Tito meminta agar pengambil kebijakan terutama pimpinan negara seperti menteri, kepala daerah, DPRD membuat kebijakan dengan mempertimbangkan dari berbagai bidang keilmuan, tidak hanya kesehatan saja atau ekonomi saja.
"Kita harus belajar, belajar tidak untuk menjadi ahlinya, menjadi seorang epidemiolog, menjadi seorang ahli ekonomi, ahli politik atau ahli bidang sosiologi, tidak. Tapi paling tidak dasar-dasar keilmuan yang terkait dengan krisis atau masalah multidimensi ini, memang harus didekati dengan multi disiplin," katanya.
Selain itu, Tito meminta kepada mahasiswa yang melakukan kegiatan KKN tematik COVID-19 ikut mempelajari aspek multidimensi tersebut. Serta mensosialisasikan protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak kepada warga.
"Dengan teori-teori yang telah dipelajari selama kuliah, maka adik-adik melihat langsung dan berusaha untuk mempelajari apa yang terjadi dalam dimensi kesehatan, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi politik, dimensi keamanan dan lain-lain," ungkapnya.(dtc)