Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (BPP GPEI), Khairul Mahalli optimis aktivitas ekspor di seluruh negara termasuk Indonesia mulai bergairah pada 2021. Hal itu terjadi menyusul kemenangan Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat alias Biden Efect . Sebab menurut prediksi pakar bisnis, politik luar negeri Joe Biden lebih luwes ketimbang Trump.
"Sikap ini akan berkaitan langsung dengan ekspor bagi semua negara, termasuk negara tujuan ekspor," kata Khairul Mahalli kepada medanbisnisdaily.com melalui telepon selular dari Jakarta, Kamis (12/11/2020).
Dia mengakui imbas perang dagang AS-Cina telah menghambat aktivitas ekspor bagi berbagai negara termasuk Indonesia. Selain itu, merebaknya wabah corona di planet bumi juga telah menimbullan resesi ekonomi.
"Kita terus berdoa kepada Allah SWT semoga pandemi Covid-19 cepat berakhir.Namun untuk itu kita harus konsisten mematuhi protokol kesehatan," pinta Mahalli yang juga Ketua Umum Kadin Sumut.
Menyinggung penandatanganan Letter of Intent (LoI) di Business Forum and Business Matching atau ICBFBM yang dilakukan importir China untuk pembelian produk pada 2021 mendatang, Mahalli menyatakan hal itu akan membuka peluang bagi eksportir Indonesia.
ICBFBM yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pameran dagang The 3rd China International Import Expo (CIIE) di Shanghai China 5-10 November 2020 menurut dia kesepakatan dagang itu akan dapat menggairahkan kembali eksportir di Indonesia.
Betapa tidak, lanjut Mahalli business matching yang melibatkan 21 pengusaha yakni 16 pelaku usaha Indonesia dan lima buyer China akan berdampak signifikan bagienopang peningkatan hubungan dagang kedua negara.
Disebutkannya, produk para pelaku usaha tersebut antara lain buah segar, kopi, keripik buah, minuman herbal, minuman jeli, makanan ringan kerupuk, fiber crème, bumbu masak, perasa, dan produk turunan kelapa akan terdongkrak volume bisnisnya.
"Sejumlah produk tersebut sangat potensial di tanah air kita., termasuk di Sumatera Utara dan Aceh yang diproduksi UMKM kita. Karena itu kita harus meraih pasar inj secara optimal. Sebab, seperti dikemukakan Kemendag RI bahwa Indonesia berpotensi meraup 584 juta dolar AS atau sekitar Rp8,3 triliun dalam pendatanganan LOI itu," ujar Mahalli.