Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menjadi tersangka kasus suap soal ekspor benur. Diduga, duit calon eksportir benur masuk ke rekening penampung dan akhirnya digunakan untuk belanja-belanja di luar negeri. Total uang yang masuk ke rekening penampung berjumlah fantastis.
"Atas uang yang masuk ke rekening PT ACK yang diduga berasal dari beberapa perusahaan eksportir benih lobster tersebut, selanjutnya ditarik dan masuk ke rekening AMR dan ABT masing-masing dengan total Rp 9,8 miliar," kata Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango dalam jumpa pers di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/11) tengah malam.
Rekening PT ACK diduga sebagai 'rekening penampung' dari setoran para calon perusahaan eksportir benur. Barulah dari rekening PT ACK, duit dipindah ke rekening lain.
Untuk memahami kasus ini, terlebih dahulu perlu dipahami pihak-pihak yang diduga terlibat. PT ACK di atas adalah PT Aero Citra Kargo. Nawawi menggunakan inisial. Edhy Prabowo dia sebut sebagai EP. Adapun AMR yang dia maksud adalah Amri. ABT yang dia maksud adalah Ahmad Bahtiar. Siapa Amri dan Ahmad Bahtiar?
Amri dan Ahmad Bahtiar adalah dua orang pemilik PT ACK, 'nominee' dari Edhy Prabowo sendiri serta Yudi Surya Atmaja. PT ACK adalah perusahaan 'forwarder' atau penerus benur yang hendak diekspor dari Indonesia ke luar negeri. Semua calon eksportir harus memakai PT ACK untuk menyalurkan benurnya ke mancanegara.
Duit Rp 9,8 miliar itu termasuk berasal dari satu perusahaan bernama PT Dua Putra Perkasa (PT DPP) dengan direktur bernama Suharjito (SJT). Suharjito ini juga menjadi salah satu dari tujuh tersangka kasus ini. Suharsjito diduga berperan sebagai penyuap.
Supaya diterima sebagai eksportir benur, PT DPP diduga melakukan transfer sejumlah uang ke rekening PT ACK dengan total sebesar Rp 731.573.564,00.
"Selanjutnya PT DPP atas arahan EP melalui Tim Uji Tuntas memperoleh penetapan kegiatan ekspor benih lobster benur, dan telah melakukan sebanyak 10 kali pengiriman menggunakan perusahaan PT ACK," kata Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango dalam jumpa pers.
Duit dipakai untuk belanja
Duit dari rekening PT ACK itu diduga ditarik dan dipakai Edhy Prabowo dan kolega buat belanja-belanja di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat (AS).
5 November 2020, diduga terdapat transfer dari rekening Ahmad Bahtiar (pemilik PT ACK) ke rekening salah satu bank atas nama Ainul Faqih (staf istri Edhy) sebesar Rp 3,4 miliar yang diperuntukkan bagi keperluan Edhy Prabowo, istrinya bernama Iis Rosyati Dewi, stafsus Edhy bernama Safri, dan stafsus Edhy bernama Andreau Pribadi Misanta. Duit Rp 3,4 miliar itu dipakai belanja-belanja di Hawaii.
"Penggunaan belanja oleh EP dan IRW di Honolulu AS ditanggal 21 sampai dengan 23 November 2020 sekitar Rp 750 juta, di antaranya berupa jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, baju Old Navy," kata Nawawi.
"Di samping itu pada sekitar bulan Mei 2020, EP juga diduga menerima sejumlah uang sebesar US$ 100 ribu dari SJT melalui SAF dan AM. Selain itu SAF dan APM pada sekitar bulan Agustus 2020 menerima uang dengan total Rp 436 juta dari AM," kata Nawawi.(dtc)